Anak-anak kecil demo untuk apa?
Anak-anak kecil usia sekolah demo. Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekitar 160-an anak pembaca aktif usia sekolah tutun ke jalan. Mereka melakukan “Kampanye Ayo Baca” dengan cara keliling tiga kampung (Warung Loa – Tamansari – Sukajaya) hanya untuk mensosialisasikan pentingnya anak-anak usia sekolah membaca buku. Dibimbing wali baca dan para relawan, anak-anak melakukan “aksi diam berjalan” sambil membaca pamflet “Anak Sekolah Haru Rajin Membaca”, “Ayo ke TBM”, Ayo Baca”, “Ayo ke Taman Bacaan”, dan hastag #BacaBukanMaen.
Demo anak-anak kecil tentu beda dengan demo orang dewasa. Atas nama kritik dan emokrasi turun ke jalan. Tapi anak-anak TBM Lentera Pustaka justri berdemo atau unjuk rasa demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung. Anak-anak yang selama ini sulit mendapatkan akses buku bacaan. Dan kini setelah ada taman bacaan, mereka mengajak sesama rekan sebaya untuk datang dan membaca buku di taman bacaan.
Kampanye “Ayo Baca” TBM Lentera Pustaka ini digelar pada Minggu, 29 Agustus 2021 sebagai bagian dari rangkaian pencanangan “Kampung Literasi Sukaluyu”, dalam mewujudkan kawasan giat membaca dan budaya literasi berbasis inklusi sosial. Kebetulan TBM Lentera Pustaka terpilih 1 dari 30 TBM se-Indonesia untuk menyelenggarakan Program Kampung Literasi tahun 2021 yang diinisiasi oleh Direktorat PMPK Kemdikbud RI dan Forum TBM Indonesia.
Kampanye Ayo Baca digelar sebulan sekali oleh anak-anak TBM Lentera Pustaka atas arahan pendirinya, Syarifudin Yunus. Sekali lagi untuk mengajak anak-anak usia sekolah membaca di taman bacaan. Maklum, di wilayah ini, angka putus sekolah tergolong masih tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat-nya 81% SD dan 9% SMP. Maka kampanye “Ayo Baca” menjadi penting digelar untuk membangun kesadaran anak dan orang tua. Akan pentingnya sekolah dan pendidikan. Tidak boleh ada alasan apapun untuk memberhentikan anak sekolah.
Dan hasilnya kini, TBM Lentera Pustaka memiliki lebi dari 16o anak pembaca aktif dari sebelumnya hanya 14 anak saat berdiri tahun 2017 lalu. Anak-anak yang membaca buku seminggu 3 kali dan berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Selain itu, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan program GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, KEPRA (Kelas PRAsekolah) yang diikuti 25 anak usia PAUD, YABI (YAtim BInaan) yang menyantuni 16 anak yatim, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo, dan KOPERASI LENTERA dnegan 25 ibu-ibu sebagai koperasi simpan pinjam untuk mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tinggi. Bahkan ada pula TBM Ramah Difabel yang diikuti 3 anak difabel di TBM Lentera Pustaka.
Aksi demo atau unjuk rasa, mungkin sah-sah saja bagi siapa pun. Tapi di TBM Lentera Pustaka, demo atau unjuk rasa dlakukan hanya untuk kampanye “Ayo Baca”. Alias mengajak anak-anak untuk datang dan membaca di taman bacaan. Karena padaa akhirnya demo atau kampanye yang paling penting seharusnya berujung pada nilai-nilai kebaikan dan “kemanusiaan”. Kampanye untuk membangun peradaban rakyat dan memajukan pendidikannya. Dan semua itu, bukan sebatas slogan atau pikiran. Tapi eksekusi dan aksi nyata.
Kampanye Ayo Baca, adalah praktik baik yang ada di taman bacaan. Lembaga pendidikan masyarakat atau nonformal yang bekerja untuk kemanusiaan dan kebaikan orang banyak. Akan entingnya menebar manfaat untuk sesama anak bangsa. Agar anak-anak kampung di kaki Gunung Salak Bogor mau membaca. Sebagai bentuk perlawanan sederhana terhadap putus sekolah dan pernikahan dini. Salam literasi. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampungLiterasiSukaluyu #BacaBukanMaen