Tidak Ada Alasan Pegiat Literasi Mengeluh

“Yah, pagi-pagi mendung nggak bisa ngapa-ngapain deh!”.

Begitu status seorang kawan di media sosial. Mendung pagi saja dikeluhkan. Apalagi pandemi Covid-19 yang tidak kunjung reda, bisa jadi dikutuk. Tiada hari tanpa keluhan. Bisa jadi, sebagian orang memang hobi mengeluh. Apa saja dikeluhkan. Apa pun dilihat dari sisi negatifnya. Maka, ubah mengeluh jadi banyak bersyukur.

 

Entah kenapa, banyak orang terlalu mudah melontarkan keluhan? Hidup dikeluhkan, keadaan dicerca. Orang lain dibenci, negara dihujat. Terlalu banyak keluh-kesah. Seolah keluhan bisa jadi solusi dalam hidup. Hati-hati, tidak akan pernah ada masalah bisa selesai dengan keluhan. Maka jangan banyak mengeluh. Apalagi jadi sebab lupa bersyukur atas karunia Allah SWT. Kenapa sih harus mengeluh?

 

Katanya, tidak ada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Lalu, kenapa harus mengeluh? Lagi pula, boleh jadi apa yang kamu keluhkan justru jadi tertawaan orang lain. Bila ada masalah, kok malah mengeluh di media sosial. Harusnya, masalah itu dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Sambil dipasrahkan kepada-Nya melalui doa-doa baik yang dipanjatkan. Karena bagi siapa pun, tidak mungkin terhindar dari masalah dan ujian hidup.

 

Sekali lagi, masalah itu pasti ada. Ujian hidup pun pasti datang. Maka hadapi dengan sabar dan pantang menyerah. Bukan dengan keluhan. Bukankah semua yang terjadi dan ada di dunia ini hanya titipan Allah SWT? Bila ya, itu berarti segala yang terjadi pada manusia pasti atas izin Allah SWT. Dan yakinlah, itu semua pasti baik dan sudah sesuai dengan kesanggupan manusianya. Hingga pada akhirnya, pasti pula ditolong Allah SWT. Jadi, sana sekali tidak pantas bila dikeluhkan.

 

Mengeluh, sudah pasti bukan solusi. Malah bikin frustrasi. Karena mengeluh hanya terjadi pada manusia yang tidak ikhlas dalam menghadapi ujian atau cobaan. Terlalu dikuasai nafsu dunia sehingga gampang mengeluh. Sempit dalam memandang masalah dan tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Maka itu pertanda besar, si manusia pengeluh pasti jauh dari Allah SWT. Maka sangat pantas hidupnya penuh keluhan dan mengeluh sehari-hari.

 

Jangan banyak mengeluh. Hadapi dengan realistis dan carilah solusi atas masalah. Seperti di taman bacaan pun banyak masalah. Ada anak tidak ada buku. Ada buku tidak ada anak. Ada anak ada buku tapi tidak ada waktu. Belum lagi, lingkungan yang tidak mendukung. Tapi siapa pun pegiat literasi di taman bacaan, dilarang mengeluh. Tetap jalani proses tanpa protes. Hingga waktunya tiba. Bahwa kebaikan sekecil apa pun akan menemui jalannya sendiri. Tetap sabar, ikhlas, dan pantang menyerah di taman bacaan.

 

Sungguh, tidak  ada masalah yang selesai bila dikeluhkan. Tidak ada pula kebaikan yang dibangun dari keburukan. Tidak ada pula maslahat yang ditebar dari mudharat. Maka jangan banyak mengeluh. Cukup bersabar dan bersyukur, soal atau urusan apa pun. Jawabannya hanya satu, senangkan Allah SWT maka siapa pun akan disenangkan Allah SWT. Percayalah, selagi tidak mengeluh dan tetap ikhtiar. Maka, segalanya dapat berubah dan berbuah manis di akhir.

 

Harapan memang tidak pernah sesuai dengan kenyataan. Tapi itu bukan alasan untuk dikeluhkan. Apalagi mengeluhkan hal-hal kecil. Atau mengeluh terlalu berlebihan. Berjiwa kerdil dan seolah-olah jadi “korban” akibat perbuatan orang lain. Dan yang terpenting, jangan mengeluh atas kejadian kemarin. Jadikanlah hari esok lebih baik dari hari ini. Jangan jadikan keluhan sebagai hobi. Tapi lebih baik segera memperbaiki diri.

 

Maka, dahulukan bersyukur sebelum mengeluh. Pegiat literasi, katakan haram untuk mengeluh. Jadilah literat dalam hidup! Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *