Mendobrak kemapanan kelas atas di Indonesia, Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) meluncurkan buku antologi cerpen “Mario Si Anak Pejabat” di Kampus Unindra (6/5/2023). Buku ini terinpsirasi dari kasus Mario Dandy yang menganiaya David Ozora yang viral dan jadi petaka “kaum pamer” di publik. Sebuah buku fiksi cerpen “hasil kuliah menulis kreatif” yang ditulis 103 mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI bersama dosen pengampunya.
Kisah realitas yang diubah menjadi khayalan, sebuah cara beda dalam menulis. Sebagai bukti mahasiswa telah “berproses” dalam mempelajari, mencipta, dan menerbitkan karyanya sendiri. Belajar menulis yang nggak dibatasi ruang kelas. Menulis yang bukan pelajaran tapi perbuatan. Menulis bukan lagi teori tapi praktik.
Bagai ikan yang hidup di air. Kata banyak orang, siapapun pasti hidup dengan cinta. Wajar, tidak sedikit orang yang percaya cinta seperti “agama”. Apalagi digelimangi harta dan uang. Hingga lupa, bahwa cinta juga punya kuku-kuku yang runcing. Sering menusuk dan menikam bak pisau kematian. Saat cinta berangkat tidur, duka pun berangkat hancur. Seperti yang terjadi di kasus Mario Dandy.
Diterbitkan oleh LovRinz Publishing dengan 350 halaman, Antologi Cukstaw Cerpen ”Mario, Si Anak Pejabat” hanya ingin memberi pesan. Saat kekerasan jadi pilihan, maka dunia menjadi penjaranya. Buku fiksi yang menjadi kritik bagi mereka yang percaya omongan. Tanpa bisa membuktikan kebenarannya. Ketika banyak anak manusia hidup dalam tipuan dunia. Terbuai godaan setan dan rekan-rekannya, lalu mau sampai kapan begitu? Antologi ini juga mendobrak arogansi kemapanan kalangan “kelas atas” atas kesombongan atau flexing.
Siapa yang menanam pasti akan memanennya sendiri. Saat kekerasan jadi pilihan, maka dunia menjadi penjaranya. Saat omongan kosong jadi kebenaran, maka realitas jadi lawannya.
Menurut Syarifudin Yunus, dosen pengampu Menulis Kreatif Unindra, buku ini menjadi cerminan sikap reflektif terhadap cara pandang banyak orang tentang kekerasan di masyarakat. Setelah belajar di kelas, semua mahasiswa diminta untuk menuliskan hikmah kasus Mario dalam bentuk cerpen sebagai ekspresi dalam konteks pendidikan.
“Antologi cerpen Mario Si Anak Pejabat ini adalah ekspresi mahasiswa terhadap kekerasan. Sebagai generasi muda mahasiswa harus mampu menyuarakan hikmah dari kasus nyatan ke dalam cerita pendek. Di momen Hardiknas, mahasiswa harus jadi garda terdepan mengkampanyekan anti kekerasa” ujar Syarifudin Yunus dalam peluncuran hari ini di Jakarta.
Cerita dalam antologi ini merupakan kisah fiksi yang reflektif dan motivatif sebagai pesan moral kepada pembaca. Cerpen yang disajikan dengan cara yang berbeda. Bahwa menulis adalah perbuatan, bukan pelajaran. Karena belajar sastra harus dimulai dan berakhir dari yang tertulis. Antologi cerpen ini diharapkan dapat menjadi “obat” untuk mengembalikan rasa, pikir dan perilaku generasi muda untuk bersikap anti kekerasan. #KuliahMenulisKreatif #UnindraKeren #CukstawCerpen