57 Persen Calon Pensiunan Cewek Khawatir Uang Pensiun Cepat Habis, Gimana yang Cowok?

Ternyata masa pensiun tidak seindah yang dibayangkan banyak orang, utamanya pekerja. Calon pensiunan (alias pekerja) banyak yang khawatir tidak bisa membiayai hidupnya sendiri di hari tua, saat masa pensiun tiba. Studi MetLife (2022) menyebutkan 57% calon pensiunan cewek merasa khawatir uang pensiun yang diterimanya cepat habis. Artinya 1 dari 2 perempuan yang bekerja cemas akan uang pensiunnya ludes lebih cepat. Sementara calon pensiunan cowok, hanya 34% yang merasa khawatir uang pensiunnya cepat habis. Sebab pengalaman nyata, lebih banyak perempuan (43%) yang menghabiskan uang pensiunnya lebih cepat dibandingkan laki-laki yang hanya 29%. Survei ini menyimpulkan, secara individual, terdapat 41% pekerja merasa cemas akan habisnya uang pensiun yang diterima secara sekaligus. Bagaimana dengan Anda?

 

Memang patut dipertimbangkan, bagaimana mengelola uang pensiun? Karena uang pensiun yang diterima secara sekaligus (lumpsum) pada saat pensiun, rata-rata hanya bertahan selama 5 tahun atau hanya bisa dipakai 60 bulan saja (sumber: https://www.metlife.com/about-us/newsroom/2022/february/retirees-depleting-retirement-plan-lump-sums-faster-than-five-years-ago/). Faktanya, banyak pensiunan tidak mampu mengelola uang pensiun dengan bjak. Dan akhirnya, pensiunan mengalami masalah keuangan di hari tuanya.

 

“Edukasi jadi penting untuk calon pensiunan. Karena ada risiko besar bagi pensiunan yang mengambil uang pensiun secara sekaligus. Terlalu cepat habis dan akhirnya stress akibat masalah keuangan di hari tua. Gagal menjaga standar hidup setelah tidak bekerja lagi” ujar Syarifudin Yunus, edukator LSP Dana Pensiun dan Humas ADPI.

 

Pekerja cemas atau khawatir akan uang pensiunnya cepat habis bukan tanpa alasan. Beberapa hal yang jadi penyebab kekhawatiran akan uang pensiun antara lain:

  1. Uang pensiun diterima sekaligus (lumpsum) dalam jumlah besar. Akhirnya dibelanjakan di awal pensiun seperti renovasi rumah atau beli mobil. Keputusan finansial yang yang emosional dan konsumtif menjadi akar masalah. Akibatnya, uang pensiun menyusut cepat tanpa terasa dan tabungan pensiun pun lenyap tidak terkontrol.
  2. Transisi psikologis: dari gaji ke tabungan. Saat bekerja masih punya gaji rutin sehingga terasa aman. Tapi begitu penisun tidak ada pemasukan rutin sehingga kehilangan kendali. Walaupun uang pensiun masih ada, ketiadaan cashflow bulanan menimbulkan kecemasan karena otak manusia lebih tenang dengan pendapatan berkala.
  3. Underestimasi usia harapan hidup. Banyak pekerja mengira masa kehidupan pensiun hanya “5-10 tahun”, padahal bisa hidup selama 15-30 tahun setelah pensiun. Ketika sadar uang pensiun harus menopang hidup lebih lama, muncullah ketakutan, “Bagaimana kalau habis sebelum saya meninggal?”
  4. Takut biaya kesehatan membengkak. Di awal pensiun, pekerja mulai menyadari biaya kesehatan meningkat seiring usia dan risiko penyakit semakin tinggi dan sulit diprediksi. Kekhawatiran biaya medis membuat pekerja cemas atau khawatir uang tidak cukup, apalagi jika dana sudah terpakai di awal.
  5. Tidak punya rencana pengeluaran pensiun. Akibatnya tidak punya anggaran pensiun bulanan dan tidak tahu berapa “batas aman” menarik uang tiap bulan. Tanpa rencana, setiap pengeluaran pasti menggerogoti uang pensiunnya.
  6. Takut menjadi beban keluarga. Banyak pekerja takut kehabisan uang dan bergantung kepada anak atau keluarga. Kecemasan ini lebih besar daripada kondisi keuangan yang sebenarnya.

 

Calon pensiunan cewek atau cowok sama saja, harus mempersiapkan diri untuk pensiun. Karena cepat atau lambat masa pensiun pasti datang. Tinggal soal waktu, sebentar lagi atau masih lama? Banyak pekerja cemas bukan karena uangnya pasti habis cepat, tetapi karena uang pensiun berubah dari “penghasilan rutin” menjadi “stok yang terus berkurang”. Inilah sebabnya pembayaran manfaat pensiun secara bulanan terasa lebih menenangkan secara psikologis dan lebih aman secara finansial dibanding uang pensiun yang diambil sekaligus (lumpsum).

 

Bagaimana dengan masa pensiun Anda?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *