Sebagai bagian untuk meningkatkan literasi dana pensiun, Survei “Dana Pensiun untuk Pekerja Biasa” yang dilakukan Asosiasi DPLK (September 2023) menyebutkan 63% pekerja biasa tidak punya tabungan pensiun atau hari tua. Hanya 37% pekerja yang sudah punya tabungan pensiun. Survei ini menyasar 100 pekerja biasa di Jakarta, yaitu orang yang menerima upah atas hasil pekerjaannya tanpa membutuhkan keahlian khusus dan kompetensi yang spesifik, seperti pramuniaga, staf administrasi, pegawai kontrak, dan sejenisnya pada rentang usia produktif 22-35 tahun dan berpendidikan S1. Pekerja biasa merupakan pekerja kebanyakan yang ada di Indonesia.
Ada beberapa sebab pekerja tidak punya tabungan pensiun. Diantaranya 1) tidak punya tujuan keuangan di hari tua, 2) tidak cukupnya penghasilan untuk tabungan pensiun, 3) masih banyak tanggungan, 4) harus membayar utang, dan 5) biaya gaya hidup yang masih tinggi. Maka edukasi dana pensiun sangat penting dilakukan di kalangan pekerja. Agar memiliki rencana keuangan jangka Panjang seperti dana pensiun, di samping berani memulai tabungan pensiun sedini mungkin.
Survei Asosiasi DPLK pun mennyebutkan fakta lainnya yaitu 44% pekerja biasa tidak tahu DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Artinya, hampir 1 dari 2 pekerja tidak tahu DPLK sebagai produk keuangan untuk menyiapkan masa pensiun atau hari tua yang lebih baik. Sementara 56% pekerja yang sudah tahu DPLK pun belum tentu punya DPLK. Sebagai salah satu program pensiun, DPLK yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pekerja sangat penting untuk disosialisasikan. Karena bila tidak, maka para pekerja berpotensi mengalami masalah keuangan di hari tua.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2022 yang menyebutkan tingkat literasi dana pensiun mencapai 30,46%, namun tingkat inklusinya hanya 5,42%. Itu berarti dari 10 orang di Indonesia, ada 3 orang yang tahu dana pensiun. Namun hanya “setengah orang” yang memiliki dana pensiun. Maka seiring bonus demografi, ada potensi ledakan pensiunan di Indonesia pada tahun 2040 yang tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya akibat tidak adanya dana pensiun yang memadai.
Penting diketahui para pekerja, bahwa masa pensiun di Indonesia tergolong panjang seiring tingkat harapan hidup yang mencapai usia 72 tahun. Maka dibutuhkan biaya yang besar di hari tua, di samping adanya kondisi keuangan yang tidak pasti di masa datang. Tanpa persiapan pensiun, maka para pekerja berpotensi gagal mempertahankan gaya hidup di masa pensiun seperti saat masih bekerja. Untuk itu, dana pensiun menjadi aspek penting yang perlu disiapkan. Karena cepat atau lambat, setiap pekerja pasti akan pensiun.
“Selain untuk kesinambungan penghasilan di hari tua, dana pensiun perlu disiapkan sejak dini agar ada kepastian dana untuk masa pensiun dan hasil investasinya optimal karena bersifat jangka Panjang. Survei Asosiasi DPLK ini hanya untuk mengetahui realitas pekerja tentang dana pensiun. Selain pentingnya edukasi, DPLK harus terus disosialisasikan kepada pekerja di mana pun” ujar Syarifudin Yunus, Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK dalam rilisnya.
Hari ini, survei lainnya menyebutkan 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap pensiun atau berhenti bekerja. Sebab tidak adanya ketersediaan dana untuk hari tua. Maka edukasi yang masif akan pentingnya dana pensiun, khususnya DPLK harus tersu dikampanyekan. Agar tingkat inklusi dana pensiun bisa meningkat, di samping bertumbuhnya kepesertaan dana pensiun di Indonesia. Salam #YukSiapkanPensiun #AsosasiDPLK #EdukasiDanaPensiun