Literasi Orang-orang Palsu

Oplus_131072

Hati-hati saja dengan orang-orang palsu. Ketika bicaranya baik tapi hatinya buruk. Ketika senyumnya merekah namun hatinya menggundah. Orang-orang palsu sering ada di media sosial atau grup WA hanya untuk memantau orang yang dibencinya. Mengintip laju musuh-musuhnya. Entah, apa pentingnya?

 

Orang-orang palsu selalu ada di mana pun. Orang-orang palsu yang sering mengenakan topeng untuk menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya. Topengnya baik hatinya jahat. Topengnya banyak dan bisa dipakai sesuai tempatnya. Berpura-pura baik dan mendukung, sementara diam-diam membenci dan menipu diri sendiri. Orang palsu yang selalu menyesuaikan kepribadiannya dengan situasi yang berbeda. Hanya gemar mengatakan apa yang orang lain ingin dengar daripada berbicara dengan kejujuran. Begitulah kepalsuannya.

 

Terkadang, orang-orang palsu tampak seperti teman. Tapi sikap empati dan harmoninya dangkal dan gampang memudar. Apalagi saat tidak lagi mendapat manfaat dari hubungan yang dijalaninya. Kata-katanya seringkali kosong, dipenuhi dengan pujian dan janji palsu. Dan pada akhirnya, orang-orang palsu hanya mampu mengungkapkan diri mereka melalui tindakan berwujud kebencian, pengkhianatan, ketidak-konsistenan, dan perhatiannya semu. Maka sangat penting untuk mengenali orang-orang palsu. Agar Tidka terjebak pada siasat kepalsuan yang sudah biasa dijalaninya.

 

Orang-orang palsu, sering tidak suka keberhasilan musuh-musuhnya. Sikapnya tidak realistis dan sulit mengakui keunggulan orang lain. Hingga gagal berbuat baik dan menebar manfaat untuk orang banyak. Kebaikannya hanya sebatas pada siklusnya, bukan ajaran moral yang dijunjungnya. Berhati-hatilah pada orang-orang palsu.

 

Orang palsu sering mengajak untuk kebaikan. Namun membuat tidak nyaman orang-orang yang diajaknya. Imbauannya untuk kolaborasi tapi omongannya kontradiksi. Orang-orang palsu, sejatinya sulit menerima kelebihan orang lain. Sulit untuk baik karena kepalsuan yang dibuatnya sendiri. Orang-orang palsu, justru sedang berjuang untuk terselematkan dari kepalsuan yang dibangunnya sendiri.

Orang-orang palsu. Hanya butuh ruang eksistensi, bukan esensi dalam hidup. Hanya butuh seremoni bukan lagi substansi. Orang palsu hanya mau didengar tanpa mau mendengar. Hanya mau dihargai tanpa mau menghargai. Hanya mengejar apa yang diinginkannya, tidak lebih dari itu.

 

Jadi, tetaplah memilih diri sendiri. Jangan terjebak pada ulah orang-orang palsu. Karena orang palsu bagaimanapun, tidak senang bila orang yang dibencinya berhasil. Siapapun boleh berhasil asal jangan orang yang dimusuhinya. Hati-hati pada orang-orang palsu, dia ada di dekat dan sekitar kita.

 

Ternyata untuk menghadapi orang-orang palsu. Butuh perenungan dan kesadaran yang mendalam, Bahwa “not everything deserves your energy, not everything need your attention”. Tidak semuanya layak mendapatkan energi kita, tidak semuanya butuh perhatian kita. Jadilah asli tanpa palsu. Begitulah literasi orang-orang palsu. Salam literasi!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *