Gaya Bahasa dan Platform Digital dalam Menulis Kreatif

Menulis Kreatif harus disepakati sebagai proses menulis yang mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan mampu dituangkan ke dalam karya tulisan yang baik dan menarik. Menulis kreatif berarti menulis dengan cara yang beda untuk karya sastra seperti menulis puisi, cerpen, novel atau drama. Menulis kreatif adalah menulis untuk karya sastra.

 

Prinsipnya, menulis kreatif sejatinya lebih berbobot daripada menyimpan imajinasi. Karena tidak semua imajinasi adalah pikiran yang kreatif.  Menulis kreatif bertumpu pada kreativitas seseorang yang lahir dari pikiran yang mapan dan matang. Seorang penulis kreatif sama baiknya dengan pemikirannya sendiri. Dan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis kreatif adalah gaya bahasa dan suara penulis.

 

Dalam perkuliahan menulis kreatif hari ini (24/5/2025) yang diikuti mahasiswa semester 6 Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unindra dengan dosen pengampu Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd. ditekankan menulis untuk platform digital dalam konteks kreatif. Agar mahasiswa mampu mengasah kemampuan menulis yang relevan dengan format dan karakter media digital: cepat, ringkas, personal, dan bisa viral — tapi tetap bermutu. Diantara aspek yang diperhatikan seperti karakter penulisan digital, menulis di media sosial, blog untuk cerita yang lebih Panjang, storytelling untuk konten video sehingga dapat meningkatkan SEO di mesin pencari.

Selain itu, mahasiswa harus tahu akan pentingnya gaya bahasa dan suara penulis dalam menulis kreatif. Agar setiap penulis mampu menemukan ciri khas tulisannya sendiri, di samping memperkaya ekspresi melalui pilihan kata, ritme, dan perspektif yang unik. Itulah yang menjadi ciri suara penulis.

 

Setiap tulisan dilandasi oleh “voice” dalam menulis. Yang intinya menjadi “suara penulis” sebagai ciri kepribadian si penulis yang dapat dilihat dari diksi, ritme, sudut pandang, cara narasi mengalir. Karena setiap penulis berbeda rasa, beda imajinasi sekalipun menulis topik yang sama. Misalnya bandingkan saja gaya menulis Haruki Murakami vs Eka Kurniawan vs Tere Liye.

Gaya bahasa berkaitan erat dengan pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan penulis pada karyanya. Diksi yang memperlihatkann pemilihan kata yang pas, segar, tidak klise. Kombinasi antara kalimat pendek vs kalimat panjang yang akan memengaruhi tempo dan suasana cerita. Bahkan Teknik gaya bahasa yang diginakan seperti  metafora, simile, repetisi, ironi, personifikasi. Misalnya untuk kalimat “Dia berjalan ke toko”, bagaimana si penulis menuangkannya ke dalam gaya berbeda (puitis, jenaka, sinis).

 

Memalui gaya bahasa pada akhirnya setiap penulis akan menemukan gayanya sendiri dalam bertutur. Menulis dari pengalaman personal, dengan ekspresi sehari-hari, dan sudut pandang unik.. Karena itu dalam penulisan kreatif, setiap penulis tidak boleh takut terdengar “beda” karena di situ ada ciri esensi dari seoarang penulis, sesuai dengan gaya ceritanya masing-masing.

 

Selain bersifat eksperimen, menulis untuk sastar sejatinya memiliki kebebasan gaya tersendiri. Tidak bisa sama gaya antara penulis yang satu dengan lainnya. Selalu ada ruang untuk ekspresi pengalaman, pengetahuan atau perasaan dengan gaya yang berbeda. Namun intinya, menulis kreatif harus berujung pada karya kreatif itu sendiri. Karena menulis kreatif adalah perbuatan bukan pelajaran. Salam menulis! #KuliahMenulisKreatif #UnindraKeren #KompetensiMenulisKreatif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *