Dalam pidato Wisuda ke-135 UIN Jakarta, Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepuddin Jahar, M.A., Ph.D, mengingatkan bahwa orang cerdas bukan hanya soal intelektual, tetapi juga tentang kebijaksanaan, kebermanfaatan, dan akhlak yang baik.
- Orang cerdas adalah mereka yang berpikir kritis, mampu beradaptasi, dan terus belajar sepanjang hayat.
- Orang cerdas tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga mengamalkannya untuk kebaikan umat.
- Orang cerdas siap menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial.
Dari pidato di atas, jelas orang cerdas cirinya mau belajar sepanjang hayat, mengamalkan ilmu untuk kebaikan, dan seimbang cerdas spiritual-emosional-sosial. Maka siapapun, jadilah orang yang tidak hanya pintar, tapi juga bermakna bagi sesama!
Jelas sudah, kecerdasan pasti berhubungan dengan etika, tanggung jawab sosial, dan makna kecerdasan itu sendiri. Orang cerdas seharusnya bermanfaat bagi orang lain karena:
- Kecerdasan itu amanah, bukan sekadar privilese. Kalau seseorang punya pengetahuan, wawasan, atau daya pikir di atas rata-rata, maka dia punya power yang bisa mengubah hidup orang lain. Dan seperti semua kekuatan, itu seharusnya digunakan untuk membangun, bukan sekadar membanggakan diri.
- Ilmu tanpa manfaat adalah sia-sia. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, itulah piakannya. Orang cerdas yang tidak berbagi ilmunya atau tidak membuat hidup orang lain lebih baik, pada akhirnya terisolasi dalam ego atau kesia-siaan. Ilmu hanya benar-benar hidup ketika ia dipraktikkan dan disebarkan.
- Kecerdasan bisa menciptakan dampak sistemik. Orang cerdas sering punya kapasitas untuk: menemukan solusi atas masalah sosial, menciptakan inovasi yang memudahkan hidup banyak orang, dan menjadi panutan dan pembuka jalan bagi generasi berikutnya. Bila kecerdasan hanya dinikmati sendiri, dampaknya sempit. Tapi kalau digunakan untuk membantu orang lain, ia menjadi multiplier effect.
- Menjadi cerdas itu pilihan, menjadi berguna itu tujuan. Banyak orang pintar yang tidak bijak. Tapi orang bijak selalu berusaha membawa kebaikan. Kecerdasan sejati bukan cuma soal IQ, tapi juga kebijaksanaan emosional dan moral. Menjadi bermanfaat berarti seseorang telah naik tingkat dari “cerdas” menjadi “bermakna”.
- Dunia butuh kontribusi, bukan kompetisi. Kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung. Maka cerdas tapi individualistis justru menciptakan jarak dan ketimpangan. Tapi orang cerdas yang rendah hati dan memberi, menciptakan jembatan, bukan tembok.
Maka, kenapa orang cerdas harus bermanfaat bagi orang lain? Karena jika tidak, kecerdasannya akan berakhir sebagai hiasan pribadi, bukan warisan kolektif. Cerdas itu hebat, tapi cerdas dan peduli, itulah yang membuat seseorang layak dikenang. Salam literasi! #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen