Prinsip Literasi, Memilih Lingkungan Kita Sendiri

Mungkin, ini salah satu prinsip hidup yang patut direnungkan. Bahwa kita nggak bisa memilih siapa yang harus jadi keluarga (anak atau pasangan). Tapi kita sangat bisa memilih siapa lingkungan terdekat kita. Orang-orang yang mau mendukung, dengan penuh Ikhlas dan tulus tanpa pamrih. Dari sekian perjalanan hidup begitulah adanya. Maka, pegang prinsip hidup lalu biarkan orang lain mau bicara dan punya persepsi apapun. Toh, orang lain nggak punya pengaruh dan andil apapuh atas hidup kita. Hanya kita yang berhak, mau apa dan mau gimana ke depannya?

 

Jelas, kita bisa memilih lingkungan terdekat kita. Sebab orang-orang di sekitar itu ibarat cermin. Mereka bisa jadi penyemangat atau jadi penebar virus malas. Mereka bisa jadi pegiat aksi nyata atau hanya pengagum niat baik. Mau bekerja dan bertindak atau hanya sekadar omong, semuanya tergantung siapa orang di dekat kita? Ada yang bisa memotivasi ada pula yang kerjanya “mengerem” yang bikin kita susah maju. Jadi terserah, di mana kita mau bergaul?

 

Nasihat itu pula yang saya sampaikan ke anak bungsu saya, Farah G. Elsyarif yang tahun ini mulai kuliah di Prodi Kesehatan Masyarakat FK Universitas Negeri Semarang (UNNES) kemarin (15/8/2025). Sekaligus merayakan ulang tahunnya yang ke-18 di Semarang sekaligus bersiap mengikuti PKKMB FK Unnes pada Sabtu, 16 Agustus 2025. Sebagai orang yang berjuang sendiri di kota lain, ikhtair kuliah agar kear tepat waktu sangat penting bersikap untuk memilih lingkungan yang baik. Bila tidak, maka kita akan bisa kebawa arus dan kehilangan arah. Tujuan hidup yang digadang-gadang jadi lenyap.

 

Kita nggak bisa memilih siapa yang harus jadi keluarga (anak atau pasangan). Tapi kita sangat bisa memilih dengan siapa lingkungan terdekat kita. Karena itu,cukup diam dan buktikan saja. Biarkan orang lain bermain dengan prasangkanya sendiri. Biarkan mereka kacau dengan pikirannya sendiri. Toh sekali lagi, nggak ada pengaruhnya untuk kita. Karena pada akhirnya, tiap orang akan berjuang di jalannya sendiri dan akan menanggung apa yang ditebarkannya.

 

Kita nggakusah muluk-muluk. Cukup berbuat baik dan tebarkan manfaat di mana pun. Nggak butuh juga validasi orang lain. Upgrade diri diam-diam, selalu belajar dan menambah ilmu. Selebihnya ikhtiar dan berkarya tanpa henti. Tetap focus pada tujuan hidup. Jangan buang waktu untuk hal yang sia-sia, apalagi cuma sibuk di grup WA. Bila fokus, pastinya energi kita nggak terpecah. Dan hasilnya, siapapun bakal bisa lihat dari kejauhan sekalipun.

 

Apapun, tunjukkan lewat karya dan hasil bukan kata-kata. Sebab ngomong itu murah. Tapi hasil itu mahal. Dan kita berhak atas apa yang kita kerjakan. Nggak aka nada yang tertukar di dunia ini. Jalani prosesnya dan nikmati setiap momen yang diraih. Bersamaan dengan itu, jangan lupa bangun circle pertemanan yang lebih sehat. Tinggalkan toxic people. Cari lingkungan yang sehat dan suportif, yang mendorong kita untuk bertumbuh dan lebih kreatif. Ingat, circle yang sehat pasti bikin kita makin bersinar.

 

Sadarilah, kualitas hidup kita ditentukan sama siapa yang kita izinin untuk dekat dengan kita. Pilih orang-orang yang bikin kita berkembang, yang mendukung untuk kebaikan dan kemanfaatan. Di luar itu jauhi dan tinggalkan. Itu namanya bersikap dalam hidup! #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan#CatatanLiterasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *