Inilah realitas di taman bacaan. Sekalipun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka berlokasi di Desa Sukaluyu, tapi 66% anak-anak pembaca aktif berasal dari Desa Tamansari Kec. Tamansari Kab. Bogor. Sementara pembaca dari Desa Sukaluyu 32% dan Desa Sukajaya 2%. Itulah simpulan “revitalisasi data” profil pembaca TBM Lentera Pustaka per Juni 2022.
Hal ini menjadi bukti. Bahwa aktivitas membaca tidak dapat dipaksakan kepada siapa pun. Di samping kesadaran membaca buku pada akhirnya akan “menemui jalannya sendiri” kepada anak-anak yang memang memiliki iktikad dan ikhtiar yang baik di taman bacaan. Anak-anak yang “terbebas” dari pengaruh negatif di lingkungannya. Di taman bacaan, pembaca yang datang dan pergi adalah hal yang biasa.
Saat didirikan pada November 2017, awalnya 100% anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka adalah anak-anak dari Desa Sukaluyu. Namun seiring waktu berjalan dan dinamika yang terjadi, kini 66% anak pembaca aktif didominasi oleh anak-anak Desa Tamansari. Bahkan anak-anak di lingkungan sekitar taman bacaan yang mau membaca, tersisa 15% dari 100 anak yang ada di taman bacaan. Hal itu berarti, mengajak anak-anak untuk membaca memang tidak mudah. Apalagi di daerah yang tingkat kesadaran literasi-nya tergolong rendah.
Lalu apa yang dilakukan taman bacaan untuk menambah anak-anak pembaca aktif?
Tentu harus ada ikhtiar dari taman bacaan. Maka TBM Lentera Pustaka pun melakukan sosialisasi di Desa Tamansari dan Kampung Jami pada Mei 2022 lalu. Dan hasilnya, berhasil menggaet 60-an anak pembaca aktif yang baru. Di bulan Juni 2022 ini pun, TBM Lentera Pustaka akan melakukan sosialisasi di Desa Sukajaya. Selain untuk menambah jumlah anak-anak yang membaca, sosialisasi dilakukan untuk mengingatkan pentingnya kerja sama orang tua dan pengelola taman bacaan dalam mempersiapkan masa depan anak-anak.
Datang dan pergi, selalu terjadi di taman bacaan. Sehingga pada akhirnya, hanya anak-anak “sadar masa depan” yang tetap tinggal dan bertahan di taman bacaan. Sementara anak-anak yang pergi (tidak mau membaca lagi) sejatinya mereka sedang meninggalkan masa depannya sendiri. Karena dalam hidup, ada banyak orang yang “pergi” justru tidak tahu “jalan pulang”. Realitas datang dan pergi anak-anak yang membaca buku di tamann bacaan, setidaknya memberikan “pandangan baru” terhadap pengelola taman bacaan di mana pun.
Lalu, apa maknanya anak-anak pembaca aktif yang datang dan pergi?
Maknanya, berjuang dan ikhtiar menegakkan tradisi baca dan budaya literasi di masyarakat itu bukan pekerjaan mudah. Maka dibutuhkan komitmen dan kreativitas yang “maha tinggi”. Agar tamann bacaan tetap eksis dan mampu menjalankan misi baik-nya di masyarakat. Karena pada akhirnya, hanya orang-orang yang tepat yang selalu bersama taman bacaan.
Ada hikmah di taman bacaan. Bahwa tidak semua anak dan orang yang paham tentang kebaikan. Tidak semua anak mau membaca buku. Dan tidak semua orang juga mau diajak ke jalan yang lebih baik. Hanya orang-orang yang sadar dan peduli yang akan tetap bersama taman bacaan.
Asal kamu tahu, cepat atau lambat sebagian anak-anak itu akan pergi. Tapi taman bacaan akan selalu menemani anak-anak yang punya masa depan. Seperti ombak di tepi pantai, ada yang datang tapi pada saatnya ada pula yang pergi. Salam literasi. #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka