Tiap tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Difabel Internasional. Difabel, istilah lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Mereka, saudara kita yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik. Sehingga mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain. Walau sejujurnya, mereka pun memiliki kesamaan hak dengan yang lainnya.
Lalu, apa yang kita sudah perbuat untuk kaum difabel?
Tentu, ada banyak yang bisa dilakukan. Memberi ruang interaksi atau berdialog dengannya untuk menghadirkan senyum kaum difabel. Atau membantu sebisa yang dapat dilakukan. Semuanya yang baik untuk kaum difabel pantas dilakukan. Asal bukan berdiam diri. Apalagi mem-bully atau menyingkirkannya dari tata pergaulan di masyarakat. Sekali lagi, kaum difabel pun punya hak yang sama dengan yang lainnya. Sayangnya, mereka memiliki keterbatasan mental atau fisik. Walau tidak pernah memintanya pada saat dilahirkan.
Sayangnya, kaum difabel masih belum mendapat perhatian optimal di negeri ini. Bila tidak mau dibilang tersingkirkan. Anak-anak difabel hampir sulit mendapat tempat di masyarakat. Sekolah, biayanya mahal. Bermain pun belum tentu ada yang mau menemani. Anak-anak difabel yang kehilangan tempat untuk aktualisasi diri. Tempat untuk bersosialisasi dan berinteraksi apa adanya.
Atas kesadaran itulah, sejak Juni 2021, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor pun melayani anak-anak difabel. Anak-anak yang punya keterbatasan dan diantar ibunya secara langsung ke taman bacaan. Agar punya aktivitas dan punya “ruang” untuk aktualisasi diri dengan teman sebaya. Agar hidupnya lebih semangat, di samping ada rasa dihargai lingkungannya. Bahkan di TBM Lentera Pustaka, anak difabel justru mendapat “tempat spesial” sebagai penguna layanan “kelas satu”. Seperti saat Pak Bima Arya (Walikota Bogor) datang di tahun 2021 lalu, anak difabel berada di “baris depan”. Sebagai bukti, taman bacaan dan gerakan literasi yang lebih inklusif. Taman bacaan untuk semua.
Anak difabel di taman bacaan, biarkan terjadi apa adanya. Toh, taman bacaan dan pegiat literasi bukan apa-apa. Selain terus berkiprah dan memainkan peran sosial yang lebih besar kepada masyarakat. Namanya taman bacaan masyarakat, berarti untuk semua masyarakat untuk semua kalangan. Taman bacaan sebagai penggerak aktivitas yang berbasis inklusi sosial.
Karena, siapapun kaum difabel bukan berarti mereka didiskualifikasi dari akses kehidupan sosial. Mereka tetap punya kesamaan hak dengan yang lainnya. Maka lebih baik cacat fisik daripada cacat moral. Dan mau dibawa ke mana anak-anak difabel di dekat kita? Selamat Hari Difabel Internasional, salam literasi #HariDifabelInternasional #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #AnakDifabel