Pegiat Literasi di TBM, Jangan Lupa Berdialog kepada Tuhan

Sama sekali nggak terasa ya. Waktu memang cepat berlalu. Rambut mulai memutih, badan pun tidak lagi sekuat dulu. Gampang masuk angin, mudah pegal-pegal atas sebab apapun. Begitulah waktu dan usia. Terlalu cepat berlalu. Maka sangat disayangkan bila nggak mampu mengambil hikmahnya. Tentang pelajaran dari waktu dan usia yang berlalu. Dipakai untuk apa? Makin bermanfaat atau begitu-begitu saja. Entahlah …

 

Ada benarnya, waktu dan usia itu pasti berkejaran dengan alam.

Waktu-waktu yang terbuang percuma nggak pernah ditunggu alam. Usia yang tidak bermanfaat pun pasti ditinggalkan alam. Pilihannya,, tinggal manusianya yang bertindak untuk berubah? Atau alam yang bertindak untuk mengubahnya? Dan semua itu bisa terjadi tanpa bisa diprediksi. Kapan pun dan di mana pun.

 

Semua orang tahu, betapa beratnya mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM). Harus ada tempatnya, harus ada bukunya, belum lagi mengajak anak-anak untuk datang membaca. Semuanya sudah ada pun belum bisa optimal. Bila tidak didukung komitmen, konsistensi, dan sikap sepenuh hati. Datang ke TBM setaaip akhir pekan pun butuh uang dan waktu. Untuk bikin program literasi dan aktivitas taman bacaan pun butuh dana dan bantuan dari relawan. Apalagi berkiprah secara sosial lainnya. Tanpa pamrih dan nggak pernah berharap apapun. Asal tetap ikhlas dan sabar, biarkan nanti alam yang akan membuktikannya.

 

Berkiprah secara sosial, apalagi di taman bacaan, memang harus mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain. Harus siapkan waktu, tenaga, pikiran, bahkan uang. Kan makan nggak bisa pakai daun, harus pakai uang. Beli bensin juga nggak bisa pakai uang-uangan monopoli, harus pakai uang beneran. Apalagi nyuruh orang kerja pun pakai cuan, nggak bisa pakai mulut doang. Iya nggak?

 

Maka nggak ada kata lain. Betapa niat, ikhtiar dan doa itu penting. Bukan untuk Tuhan, tapi untuk diri sendiri. Agar diberi kekuatan agar mampu mengatasi setiap masalah dan kesulitan yang ada di depan mata. Siapapun yang berkiprah secara sosial, termasuk di taman bacaan, memang harus sehat terus. Agar kebaikan dan kemanfaatan yang ditebarkan bisa berjalan terus. Sekalipun fisik lelah, mata ngantuk atau ada pekerjaan yang belum terselesaikan. Semua aktivitas sosial harus tetap berjalan. Maka hanya sholat, ibadah, zikrullah, dan sholawat yang membuat hati tetap tenang, Nyaman dan selalu menyenangkan berkiprah secara sosial di mana pun. Sekalipun sholat malam sering tertinggal, alhamdulillah masih ada waktu dhuha yang menggairahkan dan Al Quran yang terbentang untuk dibaca.

 

Wajib untuk mengatakan, “nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?”

Siapapun, nggak usah terpaku pada kesedihan. Nggak usah pula terlena pada masalah. Untuk apa pula berkeluh-kesah. Apalagi menyalahkan seolah-olah jadi “korban” keadaaan, Toh, semuanya datang dan pergi. Realitas di depan mata, apapun bentuknya harus dihadapi. The show must go on. Maka penting untuk selalu sehat dan berpikir positif. Agar kebaikan dan kemanfaatan itu tetap bergelora. Biar tetap asyik dan menyenangkan.

 

Teruslah berdialog kepada Tuhan, dalam keadaan apapun. Sambil katakan, “Tuhan, hamba ini manusia lemah. Maka ridhoilah semuanya atas izin-Mu”. Agar tetap sepenuh hari dalam kebaikan dan kemanfaatan di mana pun. Sebagai cara sederhana untuk mengingat hari kematian saat nanti tiba. Karena yang pasti itu kematian, bukan yang lainnya.

 

Sungguh, bukan takdir Tuhan yang membuatmu bersedih, Tapi karena kamu nggak mampu melapangkan hati dengan syukur. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *