Literasi Ngobrol, Bila Orang Lain Buruk Apa Kita Baik?

Jangan Pernah Menilai Seseorang dari Masa Lalunya, Kenapa?

 

Entah kenapa, hari ini banyak orang gemar membicarakan masa lalu seseorang? Katanya ber-akhlak tapi senang membahas sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Lupa ya, masa lalu itu hanya kenangan. Sudah terlewati dan tidak lagi berpengaruh di hari ini. Maka simpan saja masa lalu sebagai pelajaran. Untuk masa depan yang lebih baik.

 

Jangan pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Apa karena orang lain masa lalunya jelek, lalu kita baik? Atau karena kita senang bergaul dengan orang-orang yang gemar bergosip bahkan bergibah? Memangnya, kita membantu apa pada mereka. Terus bila masa lalu seseorang buruk, apa kita pasti baik? Kita menjelek-jelekkan masa lalu orang lain. Tapi kita sendiri hanya bicara dan berpikir yang jelek tanpa mampu berbuat yang baik secara nyata, kok bisa? 

 

Manusia sering lupa. Sejatinya, hampir semua manusia pasti memiliki masa lalu yang kelam. Jauh dari sunnah Allah SWT, jauh dari hidayah, bahkan terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista. Bukankah banyak sahabat Rasulullah yang dahulunya pelaku kemaksiatan, peminum khamar, penjudi bahkan pelaku kesyirikan? Akan tetapi, tatkala cahaya hidayah menyapa mereka. Jadilah, mereka sebagai generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini.

 

Maka bisa jadi, kita adalah salah satu dari mereka yang memiliki masa lalu kelam. Lalu, kenapa kita sudi menilai seseorang hanya dari masa lalunya? Sekali lagi, masa lalu untuk siapapun hanya sebatas kenangan dan pelajaran. Justru, sebaik-sebaik manusia adalah pada akhirnya. Seperti diriwayatkan, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, No. 6607).

 

Amalan itu ada yang jelek, ada yang bagus. Amalan yang sangat manusiawi lagi lumrah. Tapi, amalan yang terbaik ada pada akhirnya. Amalan yang dilakukan di akhir umur kita. Sebagai penentu atas balasan yang dihisab. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad. Bisa jadi, seseorang yang dinilai buruk masa lalunya. Namun dalam batinnya kini, masih ada benih kebaikan dan istikomah bertindak baik. Maka di situlah, seseorang dapat meraih husnul khotimah, bukan suul khotimah.

 

Jangan pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Cukup jadikan masa lalu sebagai hikmah dan pelajaran. Untuk terus bergerak dan bertindak baik di manapun. Mumpung masih ada waktu, masih ada umur yang tersisa. Agar menjadikan semua aktivitas sebagai ladang amal. Menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain.

 

Maka, saat ngobrol. renungkanlah, bila orang lain buruk apa kita baik? Janganlah menilai seseorang dari masa lalunya. Karena yang menjadi acuan adalah kesudahan seseorang saat meninggal dunia. Dalam keadaan baik atau buruk yang dilakukannya, bukan pada masa lalunya. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *