Tiga puluh dua tahun Timnas Indonesia bertanya untuk bisa meraih medali emas Sea Games? Kemarin sudah terjawab saat mengalahkan Thailand 5-2. Di Liga Champions, tradisi juara Real Madrid pun pupus saat dibantai Manchester City semalam 4-0 tanpa balas. Indonesia yang menanti jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pun akhirnya lenyap dan hilang kesempatan untuk kedua kalinya. Itulah yang disebut, semua sudah waktunya.
Untuk kamu yang masih bertanya dan mencari jawaban dalam hidup. Ketahuilah, apapun bila sudah waktunya pasti akan terjadi. Sayangnya masih banyak di antara kita yang tidak memedulikan waktu yang tersisa. Gagal memanfaatkan waktu dengan baik, untuk menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Jadi, kapan “medali emas” itu menghampiri kita?
Kemarin, seorang kawan tertegun bertanya pada diri sendiri. Ia tersadar usianya tidak lagi muda. Uban telah tersimpul di balik rambutnya. Langkah kakinya mulai melemah tidak berdaya. Mata tidak lagi jernih dan harus memakai kacamata. Telinga pun sudah mulai berkurang kepekaannya. Masa tua sudah mulai ditapakinya. Waktu senja pun telah tiba untuk dirinya. Lalu ia masih bertanya, kebaikan apa yang sudah saya perbuat selama ini?
Untuk kamu yang masih bertanya dan mencari jawaban. Detik pun berganti menit. Hari berganti pekan. Bulan-bulan berlalu pergi dan tahuan demi tahun datang. Sama sekali tidak ada yang bisa menahan putaran waktu. Hingga akhirnya, tiba di penghujung kehidupan. Sakit, lemah dan tidak berdaya. Lalu masih bertanya, kapan waktu ajal itu tiba?
Tentang ajal, siapapun masih bertanya. Tapi tidak ada jawaban yang pasti. Siapapun tidak akan pernah tahu kapan ajalnya tiba. Kapan waktu hidup akan berakhir. Kematian bukan soal usia. Ada yang baru terlahir di dunia sudah panggil-Nya. Ada yang masih remaja ternyata sudah habis masanya. Ada yang mulai tumbuh dewasa tapi telah sampai di batas umurnya. Bahkan tidak sedikit yang sudah tua renta tapi masih diizinkan untuk menikmati hidupnya. Jadi, apa yang mau diperbuat esok?
Suatu ketika Imam Hasan Al-Bashri berpetuah. Bahwa semua petani setelah menanam, waktu yang tunggu-tunggu adalah masa panen. Tapi ingatlah, adakalanya tanaman itu justru layu sebelum dipanen. Adakalanya tanaman dirusak oleh hama. Bahkan terhempas oleh angin kencang sehingga gagal panen. Bukti bahwa manusia hanya bisa ikhtiar, tanpa tahu hingga kapan batas waktunya?
Berbekal renungan itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak berdiri. Sebagai ladang amal untuk semua orang. Sebagai lahan untuk berbagi kebaikan dan menebar manfaat kepada sesama. Sebuah ikhtiar kebaikan untuk menyediakan akses bacaan ke anak-anak yang terancam putus sekolah. Sekaligus menekan angka pernikahan dini. Taman bacaan sebagai jalan hidup untuk pengabdian kepada sesama. Demi tegaknya kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Atas nama kemanusiaan, atas nama kebaikan yang sepenuh hati. Apapun risiko yang harus dihadapi, seberapa banyak pun orang yang akan merusaknya.
Jadi, kenapa kita masih bertanya dan mencari jawaban. Di sisa waktu yang ada, hanya niat dan ikhtiar baik yang bisa dilakukan. Sambil berdoa dan selebihnya diserahkan kepada-Nya. Penuh tawakal, sabar, dan syukur dalam menjalaninya. Agar kita berhenti bertanya dan tanpa perlu mencari jawaban. Berbuat baik saja, berbuat baik lagi, dan berbuat baik terus. Di mana pun dan kapan pun.
Karena semua yang telah berlalu tidak akan bisa kembali. Waktu yang terlewan pun tidak akan bisa diputar kembali. Dan yang tersisa, adalah kesempatann dan waktu untuk menanam kebaikan. Hingga esok berjumpa ajal, saat kematian datang menghampiri.
Sambil berdoa, Ya Allah, karuniakanlah aku cinta kepada-Mu, cinta kepada orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada amal-amal yang mendekatkan aku kepada cinta-Mu”. Agar tidak lagi menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka