Jangan malu promosi TBM di media sosial (medsos). Itu kalimat suruhan bukan ajakan. Karena “hidup mati” taman bacaan tidak ditanggung negara. Suarakan terus arti penting membaca buku di TBM (Taman Bacaan Masyarakat). Sosialisasikan aktivitas literasi yang dilakukan. Kapan pun dan di mana pun. Bila keberadaan taman bacaan itu baik, positif, dan bermanfaat bagi orang banyak, apa alasannya tidak mempromosikan di medsos? Lagi pula, siapa yang mau promosikan taman bacaan di medsos, kalau bukan pengelola atau pegiat literasinya sendiri.
Jangan malu promosi TBM di medsos. Orang korupsi Rp. 8,3 trilyun saja tidak malu. Jalan rusak tidak diperbaiki saja, pemimpinnya tidak malu. Bahkan orang-orang yang kerjanya menebar aib, bergibah, dan berkeluh-kesah sepanjang hari saja tidak ada malunya. Sekali lagi, jangan malu promosikan TBM di medsos. Toh, mereka yang berkoar-koar pun tidak menanggung biaya operasional taman bacaan. Ketahuilah, hidup mati taman bacaan di mana pun tidak ditanggung negara!
Taman bacaan pemandangannya buku-buku. Anak-anak yang membaca. Aktivitasnya positif. Pasti segar dan mencerahkan. Lagi pula, tidak ada minat baca tanpa tersedianya akses bacaan. Bila tidak ada taman bacaan, apa yang mau dibaca? Dari mana ada minat baca tanpa ada tempat-tempat untuk membaca? Makanya jangan malu promosi TBM di medsos. Apapun alasannya, apapaun kata orang lain.
Banyak orang lupa. Memabaca buku itu bukan soal minat. Tapi soal kebiasaan dan akses. Kenapa anak kecil belum baligh sudah disuruh sholat sama orang tuanya? Agar terbiasa, untuk membiasakan diri. Sehingga nanti saat dewasa, jadi lebiih taat sholat dan patuh agama. Membaca buku pun begitu. Harus dibiasakan dari kecil, sejak dini dekat dengan buku.
Lalu suatu kali, seorang kawan bertanya. Apa membaca buku bisa membuat orangnya kaya dan sukses? Tentu jawabnya, kaya dan sukses itu relatif. Kaya dan sukses menurut siapa? Seperti mahasiswa yang jadi sarjana dan lulus cum laude pun belum tentu dapat pekerjaan. Anak sekolah yang juara 1 di kelas pun tidak ada jaminan bakal sukses. Kaya tidak melulu soal harta dan uang. Sukses pun tidak harus berdasi atau tampil keren. Justru yang penting adalah niat baik, ikhtiar bagus, dan doanya banyak. Semua orang sudah ada takdir-Nya, siapapun sudah punya rezeki masing-masing. Maka jangan malu promosi TBM di medsos. Tidak usah gengsi sola taman bacaan, toh hidup mati taman bacaan tidak ditanggung mereka atau negara!
Promosi TBM di medsosi itu praktik baik, sesuatu yang manfaat untuk masyarakat. Jangan kalah sama orang yang hanya bicara baik sebatas omongan, tanpa ada perbuatan. Orang-orang yang gaga mengubah niat baik jadi aksi nyata. Negeri ini tidak kurang orang yang jago bicara baik tapi gagal melakukannya. Kaya ocehan, miskin perilaku baik. Maka jadikan taman bacaan sebagai ladang amal.
Taman bacaan atau TBM itu bisa eksis dan bertahan, syarat-nya ada tiga: 1) kinerja-nya bagus, 2) kolaborasi dengan banyak pihak, dan 3) promosi sesering mungkin. Tanpa promosi, terus siapa yang tahu aktivitasnya TBM. Bagaimana ada kinerja TBM yang ciamik bila tidak ada aktivitasnya. Lalu bagaimana mau kolaborasi, bila tidak ada yang bisa dilakukan? Jangan malu promosikan TBM di medsos. Publikasikan praktik baik dan suarakan terus pentingnya membaca buku. Kan katanya, asal niat baik dan ikhtiarnya bagus, insya Allah hasilnya pun berkah. Nah, promosi TBM di medsos itu ikhtiar. Biar publik tahu, apa sih yang dikerjakan dan apa manfaat TBM? Selain punya aktivitas yang rutin dan dikerjakan sepenuh hati, maka TBM pun wajib hukumnya mempromosikan diri. Asal jangan hoaks, gibah atau ocehan yang tidak berguna.
Seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Akibat rajin promosi dan bikin tulisan aktivitasnya, selama bulan Mei 2023 ini saja, mendapat 3 orang donatur buku, kedatangan 5 tamu kunjungan (Pustaka Bergerak Indonesia, DAP Kab. Badung Bali, CR Manulife, Komunitas Ibu Muda yang Penulis, BEM Faperta IPB), 4 kegiatan CSR, dan mendapatkan donasi uang senilai Rp. 13 juta. Semuanya terjadi berkat promosi di medsos (facebook, instgram, youtube, dan google). Bahkan di bulan Juni 2023 nanti, sudah terjadwal 3 event CSR di TBM Lentera Pustaka. Maka, jangan malu promosikan TBM di medsos. Karena hidup mati taman bacaan tidak ditanggung negara.
Pedagang online, pasti tidak ada yang beli dagangannya bila barangnya sedikit. Testimoninya negatif atau klik “bintang-nya” di bawah tiga. Taman bacaan juga begitu. Tidak ada yang mau donasi buku bila pembacanya sedikit. Tidak ada yang mau CSR atau bakti sosial bila aktivitasnya tidak ada. Siapa yang mau membantu bila TBM-nya sepi? Karena itu, promosi TBM di medsos harus digiatkan. Tidak perlu sampai ratusan postingan tiap hari. Cukup 3-5 postingan sehari, asal rajin dan memang nyata terjadi di taman bacaan.
Tidak usah malu punya aktivitas di taman bacaan. Jangan mapu promosikan TBM. Karena “biaya hidup” taman bacaan tidak ditanggung negara atau orang-orang yang nyinyir. Rezeki taman bacaan itu pasti ada bila dijemput dan diimbangi ikhtiar yang bagus. Bila aktivitas di TBM baik, positif, dan bermanfaat serta jadi ladang amal banyak orang. Kenapa tidak dipromosikan?
Ketahuilah, promosi adalah nafas taman bacaan. Tanpa promosi, bukan tidak mungkin taman bacaan jadi “mati suri” dan pegiat literasi pun bisa frustrasi. Percayalah, di luar sana, masih banyak orang-orang baik yang peduli kepada taman bacaan. Masalahnya, mereka tahu dari mana bila tidak ada promosi aktivitas taman bacaannya?
Jangan malu promosi TBM di medsos. Hidup mati taman bacaan itu tidak ditanggung negara. Zaman sudah berubah, maka taman bacaan sudah saatnya harus lebih kerAS, lebih cerdAS, lebih tuntAS, dan lebih ikhlAS (4-AS).
Bila taman bacaan itu luar biasa, jangan malu promosikan TBM di medsos. Agar hidup jangan dibilang sering terbalik. Yang biasa saja malah berlagak luar biasa, sementara yang luar biasa justru tampil biasa-biasa saja. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacan #PeduliTamanBacaan