Catatan Alumni Siaga di Hari Pramuka dan Udara Kotor Jakarta

Maaf, hampir lupa ternyata hari ini Hari Pramuka. Selamat untuk semua praja muda karana Indonesia. Pribadi-pribadi Tangguh yang menempa diri untuk rela berkorban dan tanpa pamrih dalam berbuat baik. Semoga ke depan, Pramuka tetap berada di koridor-nya. Tanpa terpengaruh “arus deras” dunia politik, apalagi hingar-bingar media sosial.

 

Sabagai gerakan kepanduan, Pramuka bukan hanya penting. Tapi harus lebih digalakkan. Karena melalui “dasa darma pramuka”, setiap pramuka dididik untuk menjadi pribadi Tangguh. Tidak mudah berkeluh-kesah, apalagi benci dan merendahkan orang lain. Bahkan bisa jadi, tangguhnya pramuka lebih kuat dari kota Jakarta yang sedang ditimpa “udara kotor” akibat transportasi dan industri pabrikan. Apalagi orang-orang yang pikiran dan perilakunya negatif, kotor nggak sih? Maaf, hampir lupa ini Hari Pramuka.

 

Pramuka itu suci dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Maka pramuka itu jiwa bukan hanya raga atau penampilan semata. Selain anak pecinta alam, hanya pramuka yang sering kemping atau jambore. Untuk melatih diri menjadi pribadi yang rela berkorban, disiplin, berani, dan setia. Di samping selalu rajin, sabar, dan bersahaja. Makanya, pramuka dilarang pengen menang sendiri sambil mengalahkan orang lain. Karena ajaran pramuka adalah tidak boleh merebut kekuasaan dengan cara menguasai orang lain. Pramuka tidak pernah kuat dengan cara sambil melemahkan yang lain.

 

Pramuka, sejatinya tidak didirik untuk berkeluh kesah. Apalagi mengomentari apapun yang bukan urusannya. Sangat tahu diri, itulah kepribadian pramuka yang sudah langka di zaman begini. Lebih fokus pada solusi, bukan mengeluhkan masalah. Jiwa-jiwa pramuka semakin langka di zaman begini. Makanya bila boleh saran, harusnya seluruh rakyat Indonesia bagusnya “masuk” pramuka” Bukan masuk kampus atau partai politik bila hanya untuk memperbesar egosime dan meninggalkan kepedulian pada sesama.

 

Bisa jadi, apa yang dilakukan pramuka sama persis dengan pegiat literasi di taman bacaan. Kerjanya berbuat baik dan menebar manfaat kepada banyak orang. Tanpa peduli cemoohan, apalagi pujian orang lain. Pramuka atau pegiat literasi di taman bacaan hanya tahu berbuat baik dan membangun “kemaslahatan”. Harus tangguh dan pantang menyerah dalam berkiprah. Atas dasar, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia seperti yang diusung dalam dasa darma pramuka.

 

Dan yang paling menarik dari Parmuka. Adalah tidak boleh “gampang kagum dan cepat heran”. Karena apapun pasti ada prosesnya, ada waktunya. Pramuka harus bersikap realistis, objektif, demokratis, dan selalu semangat membangun bangsa. Berani berkarya untuk mengatasi masalah bukan malah mengeluhkan masalah. Karena pramuka sadar, kapan masalah kelar kalau bisanya hanya mengeluh terus?

 

Sudah banyak contoh. Bila hari ini orang miskin cari makan sendiri di jalanan. Orang sakit pergi sendiri ke rumah sakit. Orang buta huruf tetap buta huruf sekalipun di zaman digital Bahkan banyak anak makin susah cari tempat membaca buku. Kerjanya hanya mencari salah orang lain tanpa bisa mengukur salahnya sendiri. Mau menang sendiri di mana pun. Itu semua terjadi akibat tidak ada lagi jiwa-jiwa pramuka. Karena pramuka kian langka.

 

Sekalipu saya hanya alumni siaga pramuka. Tapi saya tetap menjunjung tinggi dasa darma pramuka. Selalu bersedia untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Mumpung masih punya waktu, mumpung masih punya kekuatan lahir batin untuk melakukannya. Sebagai wujud syukur kepada Allah SWT. Bayangkan bila tidak punya waktu lagi, tidak sehat lahir batin lagi. Apa yang mau dikerjakan? Selamat Hari Pramuka, salam pramuka Indonesia.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *