Hati-hati dengan benci atau hasad. Karena benci bisa jadi emosi negatif terkuat yang ada pada diri manusia. Benci atas aktivitas orang lain, kesenangan orang lain saja dilarang. Apalagi benci karena agama, warna kulit atau tampang orang lain. Apapaun alasannya, benci tidak akan pernah meninggalkan kebaikan kepada siapa pun. Anehnya, kenapa masih ada orang yang gemar membenci?
Faktanya di dekat kita, masih ada orang-orang yang membenci. Jangankan membenci orang lain, membenci diri sendiri pun tindakan keliru. Tanpa benci saja belum tentu kita dianugerahi nikmat Allah SWT. Apalagi dengan benci, apa ada anugerah yang mau mendekat? Hindari benci, apapun alasannya. Teruslah berjuang untuk menjauh dari sikap benci, kapanpun dan di mana pun.
Sebagian orang bilang rasa benci sulit dihindari. Apa iya? Mungkin karena kita tdiak tahu membenci itu tidak ada manfaatnya. Bahkan benci hanya jadi penyakit. Karena dalam sejarah perlananannya, siapapun yang membenci korbannya bukanlah orang yang dibencinya melainkan diri si pembenci itu sendiri. Maka untuk menghindari benci, jangan berusaha mengubah orang lain. Tapi ubahlah diri kita sendiri, ajari hati untuk menerima realitas. Jangan gampang susah melihat senangnya orang lain. Jangan terlalu gemar membandingkan diri dengan orang lain, apalagi hanya “mengintip” laju orang lain di media sosial.
Tidak sepenuhnya pembenci itu bersalah. Karena sering kali, kita yang memberi peluang orang lain untuk membenci. Caranya, pilih dan pilah mana hal-hal yang bisa diceritakan dan mana yang tidak perlu dipublikasikan. Jangan memberi peluang orang lain untuk benci atau hasad terhadap diri kita. Tidak setiap aktivitas dan rencana bisa diceritakan. Bahkan sekadar mimpi pun terkadang dianjurkan untuk merahasiakannya. Agar pembenci tidak “kumat” penyakitnya.
Allah SWT berfirman, menceritakan perkataan Ya’qub kepada putranya Yusuf, “Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar untuk membinasakanmu” (QS. Yusuf: 5). Mimpi saja tidak boleh diceritakan, apalagi nikmat dan anugerah yang jadi sebab kebencian orang lain.
Ketahuilah, pada setiap nikmat dan anugerah yang diperoleh selalu ada potensi orang lain untuk benci atau hasad. Karena memang sudah konsekeuensinya, setiap orang yang memiliki nikmat akan menjadi sasaran orang yang hasad. Maka sebelum menuding orang lain membenci, sebaiknya kita hindari peluang orang lain membenci. Dari diri kita bukan dari diri orang lain. Agar tidak ada benci di antara kita.
Benci itu menyeramkan, bahkan benci pun menyakitkan. Maka cara sederhana yang saya lakukan menjahuhi rasa benci adalah berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Membimbing anak-anak yang membaca, mengajar kaum buta huruf, menata buku dan rak taman bacaan, hingga menjadi driver motor baca keliling setiap minggunya. Agar terhindari dari rasa benci kepada orang lain. Agar tidak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan saat di taman bacaan pun, saya meyakini akan mengurangi tensi pembenci kepada saya. Karena siapapun saat di taman bacaan, Insya Allah jauh dari rasa benci dan pembenci pun menyingkir dengan sendirinya.
Penting di zaman begini, untuk tidak membuka peluang orang lain untuk membenci. Caranya, ikhtiar untuk merahasiakan apapaun keberhasilan dan anuugerah yang kita peroleh. Biasa-biasa saja, tidak perlu pamer apalagi menyombongkan diri di media sosial. Cukup kerjakan apa yang menjadi “passion” dengan sepenuh hati. Karena kata Ali bin Abi Thalib, “Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu pun tidak akan percaya itu”.
Pelajaran literasinya adalah hindari peluang yang bikin orang lain benci. Jauhi apapun yang mengundang potensi hasad dari orang lain. Diam itu lebih baik, karena diam itu lebih menyelamatkan. Jangan sampai ada yang susah melihat senangmu, hindari pula yang senang melihat susahmu.
Bila terpaksa pun, cukup membenci dalam hati saja. Bukan dengan mengeluarkan omongan atau ketikan yang menusuk hati orang lain. Sayangi hidupmu bila diisi dengan hal-hal sekotor itu. Kenapa harus membenci? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka