Di era media sosial, bisa jadi banyak orang berlomba-lomva memperbanyak teman. Melalui grup WA, facebook, telegram dan sebagainya. Seribu, lima ribu teman ada di media sosial. Apalagi mau banyak teman di zaman begini gampang. Ikut saja semua grup komunitas atau komunikasi yang ada di media sosial. Bahkan “teman private” pun ada di medsos. Tapi buat apa banyak teman bila nggak ada manfaatnya?
Seorang kawan saya, bangga banget punya banyak teman. Sampai-sampai waktu 7 hari dalam seminggu sangat kurang bila sudah ngobrol sama teman-temannya. Bahkan 24 jam sehari terlalu cepat bila sedang bergibah. Kerjanya nongkrong sana nongkrong sini. Sibuk wara-wiri main bersama teman-temannya. Ngobrol luring ngobrol daring hampir setiap hari. Sangat militan buat teman-temannya. Hingga bersedia melakukan apa saja asal temannya mendukung walaupun melanggar norma dan agama. Sangat bangga punya banyak teman. Keren kawan saya.
Hingga suatu kali, teman-temannya dikerahkan semua. Untuk membenci dan memusuhi orang lain. Mulai dari mengirim temannya untuk intimidasi, diajak wara-wiri dengan mobilnya kemana-mana. Hingga berkongsi dengan temannya untuk menjual “tanah” yang bukan miliknya. Hebatnya, sampai saat ini, kawan saya itu masih bangga banget sama teman-temannya. Sekalipun pertemanan tanpa akhlak. Banyak teman hanya untuk hal-hal buruk dan mencari dukungan untuk “membenarkan” perbuatan salah. Kok bangga punya banyak teman untuk keburukan? Anehnya, kawan saya dengan angkuhnya bangga menceritakan perilaku bobroknya ke saya dan teman-temannya. Merasa paling benar sendiri. Hingga saya lupa, apa agama kawan saya itu?
Buat apa banyak teman bila nggak ada manfaatnya? Banyak orang lupa. Teman dalam pergaulan itu ada yang hanya untuk perkara dunia semata. Berteman tapi yang diurus hanya soal-soal dunia dan fisik doang. Ada lagi teman-teman yang bila sudah berkumpul selalu mengajak ke arah keburukan. Bergosip, gibah, bahkan fitnah karena memang sudah hobby-nya. Hingga lupa tentang berbuat baik. Boro-boro sedekah dan donasi ke anak yatim, pertemanannya hanya fokus untuk hal-hal buruk. Teman-teman yang mengajak maksiat dan makin menjauhkan diri dari Allah SWT. Banyak teman tapi mengerikan.
Maka hati-hati berteman di zaman begini, di era media sosial. Karena nggak semua teman baik. Bahkan ada teman yang memang kerjanya menjerumuskan ke hal-hal buruk. Berteman memang butuh sikap, harus memegang prinsip. Berteman hanya untuk kebaikan. Tapi berteman lebih banyak buruknya, nggak masalah untuk ditinggalkan. Berteman itu seperti akar, yang menjadi penyebab berbuat kebaikan. Mau dilihat atau tidak, tetap berteman dalam kebaikan.
Riwayat menyebutkan, siapapun yang bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan bergaul dengan pandai besi maka akan terkena percikan apinya atau mendapat bau asap yang tidak sedap (HR. Bukhari dan Muslim). Maka hati-hati saat berteman. Jadikan pertemanan untuk menebar kebaikan, memberi manfaat kepada sesama. Teman yang hadirnya menggembirakan dan ketiadaannya dirindukan.
Berteman itu ibaratnya “jika tidak mampu menjadi akar yang pohonnya menghasilkan banyak buah, maka jadilah akar yang menopang pohon yang memberi keteduhan bagi yang lelah”. Carilah teman yang bila tidak mampu menjadi bunga, maka jangan menjadi duri. Teman-teman yang saat bergaul sering mengingatkan kita untuk berbuat baik, teman-teman yang punya akhlak dan adab, bukan teman-teman untuk maksiat. Teman yang melarang kita dari keburukan, menasehati untuk selalu ingat “kampung halaman” tempat kembali kita kelak.
Maka atas dasar itu, saya pun memilih dan bergaul dengan teman-teman di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Karena di taman bacaan, hampir semua aktivitas yang dikerjakan teman-teman. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Ikhlas mengabdi untuk anak-anak kampung dan membangun tradisi membaca buku. Bergaul dengan kaum buta huruf, anak-anak yatim, kaum jompo, wali baca dan relawan. Teman-teman yang selalu mengingatkan akan pentingnya bersyukur dan tahu diri. Dan saya bersikap, untuk meninggalkan hiruk-pikuk pertemanan yang sebatas dunia dan kamuflase. Salam literasi! TemanTamanBacaaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka