Cukup Berbuat Baik Saja di Taman Bacaan, Nggak Usah Berkoar-koar

Mungkin ada di sekitar kita, orang-orang yang kerjanya membual. Menyebut dirinya baik sambil menjelek-jelekkan orang lain. Orang yang merasa paling benar sendiri, lalu membual ke mana-mana. Seolah-olah dirinya paling baik. Sayangnya, semua itu hanya omongan belaka.

 

Memang menjengkelkan, saat berinteraksi dengan orang yang “sok baik”. Merasa sudah begini sudah begitu. Membual ke sana ke mari, sambil mendeklarasikan dirinya sebagai orang baik. Ehh, di saat yang sama, dia kerjanya menceritakan keburukan orang lain. Jadilah dia, orang yang paling baik sedunia.

 

Terkadang suka kasihan pada orang-orang model begini. Omongnya banyak, tebaran aibnya tinggi, bahkan pergaulannya pun tidak bermanfaat. Perbuatan baiknya pun tidak ada. Tapi giliran bicara, selalu merasa jadi orang yang paling terzolimi. Manusia bermentalitas “korban”. Padahal, apa yang dialaminya akibat ulahnya sendiri. Tapi lagi-lagi, selalu menyebut dirinya baik. Punya nggak teman model begini?

 

Dalam konteks literasi, itulah yang disebut manusia tidak literat. Kerjanya membual, banyak bicara tanpa contoh nyata. Hatinya penuh kebencian dan dendam, bahkan bisa jadi jauh dari Tuhan. Sifatnya arogan, sok berkuasa dan terlalu gampang meremehkan orang lain. Sebenarnya, manusia yang insecure. Lebih banyak energi negatif daripada positif. Hari-harinya hanya keluhan daripada harapan.

 

Jadi, hati-hati. Saat bergaul dan masuk dalam lingkaran orang-orang yang sok paling benar. Sok baik sambil menjelek-jelekkan orang lain. Orang yang doyan membual itu sebenarnya tidak punya apa pun. Tidak punya prestasi apapun kecuali hanya pintar omong, itu pun di lingkungan pergaulannya sendiri. Pergaulan yang dianggap masih bisa di bawah kendalinya. Orang lupa, bahwa baik itu perbuatn bukan omongan.

 

Orang-orang yang suka membual dan menyebut dirinya baik itu sering lupa. Bahwa akhlak itu mampu mencari kebaikan dalam keburukan orang lain. Dan ikhlas itu bila mampu mencari keburukan dalam kebaikan diri sendiri. Jadi, sama sekali tidak perlu menyebut diri baik kepada siapapun. Tapi cukup kerjakan saja yang baik, kerjakan yang membuat diri kita lebih baik dan bermanfaat untuk orang lain.

 

Jangan terlalu banyak membual. Tunjukkan  saja aksi nyata, berbuat saja kebaikan yang konkret. Bahwa hanya ada dua hal yang baik di dunia ini, yaitu 1) bicara yang baik atau 2) diam. Karena Lebih baik diam dengan apa adanya, daripada banyak bicara namun tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Lebih baik diam tapi tahu daripada banyak bicara tapi tidak tahu, apa sebabnya?

 

Hari ini banyak orang lupa. Baik atau berbuat baik itu sama sekali tidak butuh komentar atau omongan. Tidak peduli kepada siapa yang harus membela atau memusuhi. Tidak peduli siapa yang memuji atau mencela. Karena kebaikan itu cukup dilakukan. Tanpa membutuhkan komentar orang lain. Seperti apa yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Melalui taman bacan, hanya tahu berbuat baik dan berbuat baik dari waktu ke waktu. Tanpa pernah peduli pada orang-orang yang berkomentar buruk atau membenci sekalipun. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi Masyarakat.

Maka, jangan banyak bekora-koar seolah-olah sudah baik. Cukup kerjakan saja yang baik untuk menjadi lebih baik. Karena manusia memang tidak ada yang sempurna. Tapi ikhtiar baik harus terus dilakukan. Dan di saat hati dan lidah lelah untuk berkata, maka diam adalah pilihan terbaik. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *