Depresi atau stres menghantui pekerja di Indonesia jelang masa pensiun. Merasa kehilangan identitas, status, kepercayaan diri, bahkan urusan finansial. Akhirnya, depresi. Selalu cemas masalah keuangan dan kesehatan di hari tua. Depresi jelang penisun makin membuncah di kepala. Akibat si pekerja 1) tidak punya tabungan pensiun yang cukup, 2) belum bisa melunasi utang hingga usia pensiun tiba, dan 3) selalu banyak alasan untuk bilang tidak bisa menabung untuk masa pensiun.
Belum lagi “post power syndrome” yang muncul saat masa pensiun tiba. Hilangnya pekerjaaan, hilangnya kekuasaan, dan tidak ada lagi gaji yang dan pekerjaan. Di hari tua, pekerja yang sudah pensiun jadi tidak lagi ceria, emosional, dan pemurung. Uang JHT BPJS sudah habis dipakai untuk renovasi rumah, uang pesangon dari perusahaan dipakai untuk mobil bekas. Dan akhirnya, masa pensiun dijalani dengan keprihatinan. Maka wajar survei menyebut, 7 dari 10 pensiunan mengalami masalah keuangan di hari tua. Gaya hidup tidak lagi bisa dipertahankan, standar hidup pun menurun. Masa penisun jadi begitu menakutkan.
Depresi di masa pensiun. Sebabnya sederhanan karena tidak mau menabung untuk hari tua. Terlalu gampang untuk berkilah “gaji sudah habis untuk hidup sehar-hari”. Tapi nongkrong di kafe-kafe seminggu dua kali bisa, beli kuota internet hampir tidak pernah lupa. Jadi, kenapa pekerja tidak mau menabung masa pensiun? Apa karena tidak ada yang meng-edukasi. Atau bingung ke mana mau membeli dana pensiun?
Ibarat “sedia paying sebelum hujan”. Begitulah seharusnya dana pensiun dipahami. Dengan menyisihkan sebagian gaji untuk hari tua. Tidak usah banyak-banyak, cukup 5% dari gaji dan baru diambil sebagai manfaat pensiun saat usia pensiun tiba. Agar tetap mampu membiayai hidup saat tidak bekerja lagi. Agar bisa memelihara gaya hidup seperti waktu bekerja. Dana pensiun itu persis pepatah “apa yang ditanam, itulah yang dituai”. Tapi bila tidak mau menabung, tentu tidak ada yang dituai saat pensiun.
Maka untuk sahabat-sahabat yang masih aktif bekerja, mulailah menabung untuk masa pensiun. Apalagi yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun, sudah saatnya mulai mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Jangan terlalu banyak mimpi, apalagi gaya. Lebih baik mempersiapkan untuk masa pensiun, Karena cepat atau lambat, masa pensiun pasti tiba. Masalahnya, mau seperti apa kita setelah pensiun? Jangan sampai kerja berjaya, pensiun merana. Hingga akhirnya, bergantung kepada anak-anak di hari tua.
Usut punya usut. Sebagian pekerja yang sudah pensiun bercerita. Bahwa dia menyesal di masa pensiun akibat 1) terbuai gaya hidup semasa bekerja, dan 2) tidak mau menabung untuk hari tua. Akhiirnya hari ini, mengalami masalah keuangan yang serius. Bahkan penyakit yang tasinya tidak ada jadi mulai muncul. Mana biaya kesehatan mahla lagi?
Maka, salah satu jalan bagi pekerja agar tetap nyaman di masa pensiun. Harus mulai berani menabung untuk hari tua. Jangan hanya mengandalkan JHT BPJS. Tapi harus mulai memilik program dana pensiun. Untuk mempersiapkan masa pensiun secara lebih dini. Yaitu menabung dan menyisihkan sebagian gaji untuk masa pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), sebagai produk keuangan yang dirancang khusus untuk mempersiapkan masa pensiun pekerja yang lebih nyaman. Karena melalui DPLK, pekerja mendapatkan 3 (tiga) manfaat utama, yaitu 1) ada ketersediaan dana yang pasti untuk masa pensiun, 2) ada hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, dan 3) ada insentif pajak saat manfaat pensiun dibayarkan, pajaknya final 5%. Dengan begitu, setiap pekerja akan dana yang cukup di masa pensiun, Bisa untuk membiayai kebutuhan hidup, mempertahankan gaya hidup atau bahkan untuk menikmati hari tua dengan nyaman.
Seperti “payung” memang tidak bisa menghentikan hujan. Tapi dengan payung kita mampu berdiri dalam hujan tanpa takut kebasahan. Begitu juga dengan DPLK, tidak menjamin kaya di hari tua. Tapi kita jadi lebih siap menghadapi apapun di hari tua, saat tidak bekerja lagi. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #LiterasiPensiun #DanaPensiun