Pamer di Taman Bacaan, Boleh Nggak?

Pegiat literasi dan siapapun harus tahu. Bahwa semua aktivitas yang ada di taman bacaan itu perbuatan baik. Otomatis, pikiran dan sikap di taman bacaan pun harus baik. Makanya disebut sebagai praktik baik literasi. Bahkan, tidak sedikit orang yang menjadikan taman bacaan sebagai ladang amal. Untuk berbakti dan mengabdi, ber-CSR, atau sekadar datang untuk menyaksikan anak-anak yang membaca dan aktivitas literasi.

Jadi, siapapun yang di taman bacaan. Harus berani untuk mempublikasikan kegiatannya. Aktivitas membaca buku, berantas buta aksara, belajar calistung, sedekah, donasi buku, bahkan motor baca keliling. Kabarkan saja ke media sosial atau media online. Sebagai tanda “tidak mati surinya” gerakan literasi dan aktivitas taman bacaan. Lagi pula, siapa lagi yang mau mempromosikan perbuatan baik di taman bacaan kalau bukan pengelolanya?

Terus ada yang bertanya, apa nggak riya’ alias pamer memposting kebaikan di taman bacaan?
Saya langsung jawab sekarang. Sama sekali tidak riya. Karena tidak semua yang memposting kebaikan itu riya’. Justru untuk edukasi dan memberi tahu publik. Bahwa masih ada kegiatan sosial dan kebaikan yang bisa dilakukan sekalipun hanya aktivitas membaca di taman bacaan. Daripada berlomba-lomba bergaya hidup atau pamer handphone ya lebih baik berkiprah di taman bacaan. Niatkan saja semua aktivitas kebaikan di taman bacaan untuk menggapai ridho-Nya, di samping menebar manfaat kepada sesama.

Riya atau pamer itu urusan hati. Dan tidak satu pun orang yang tahu isi hati orang lain. Hanya Allah SWT yang tahu niat dan akhlak seseorang. Tugas manusia hanya niat dan ikhtiar yang baik. Selebihnya urusan Allah SWT, termasuk riya atau tidak. Kadang manusia suka belagu. Senang menghakimi atau memvonis orang lain padahal dia tidak tahu apa-apa, tidak pula membantu. Bilang aja, hellow siapa elo?

Maka jika ada seseorang memposting perbuatan baik; sedekah, donasi, aksi sosial, membaca Al Quran, bahkan sholat sekalipun bukan riya. Justru itu bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Sebuah cara bersyukur atas nikmat karunia yang dimilikinya. Bukan berkeluh-kesah apalagi ngobrol nggak karuan sampai jadi gibah dan fitnah.

Sesama manusia yang berbuat baik di mana pun, kita tidak boleh langsung meng-klaim seseorang. Sekali lagi kita tidak tahu apa isi hati orang lain, apalagi menghakiminya. Karena hanya Allah SWT yang tahu isi hati seseorang. Selagi jadi manusia, cukup berbuat baik dan menebar manfaat. Sambil memperbaiki niat dan memperbanyak doa.

Keep husnuzon di taman bacaan, kepada siapapun. Berpikir dan berprasangka baik. Agar terbiasa berpikir positif daripada negatif. Literasi, taman bacaan, dan masyarakat sekitar tidak akan pernah jadi lebih baik bila isinya prasangka buruk. Bila baik dan benar harus didukung dan bantu. Bila salah beri tahu untuk memperbaiki. Itulah husnuzon dan akhlak yang baik.

Di media sosial, sering kali orang berkomentar sembarangan. Bilang begini bilang begitu, seolah-olah tahu banyak. Ada kebaikan dianggap pamer atau riya. Belum tentu, justru kebaikan yang disebarkan malah menjadi syiar atau dakwah. Kan berdakwah bisa lewat berbagai cara. Salah satunya ya melalui taman bacaan. Spirit itulah yang dipegang Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bila ada orang berdakwah di masjid, maka pegiat literasi di TBM Lentera Pustaka berdakwah di taman bacaan. Berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan, oke dong?

Jadi, tetaplah berbuat baik di taman bacaan. Publikasikan apapun yang baik di TBM sebagai ladang amal semua orang. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaem #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *