Literasi Hari Ibu, Bukan Sebatas Status Medsos

Sungguh, hari Ibu, nggak sebatas status medsos. Ganti profil picture di WA, lalu berucap “Selamat Hari Ibu”. Zaman begini, sangat mudah menyatakan cinta pada ibu bila sebatas status medsos. Iya nggak?

Kita sering berbicara di mana-mana. Katanya, sehebat dan sesukses apapun anak. Tidak akan mampu membalas jasa dan pengorbanan ibu. Tidak akan pernah terbalas perjuangan seorang ibu. Tapi di saat yang sama, kemarin atau hari ini. Saat kita berbeda pendapat dengan ibu karena urusan sepele. Begitu mudahnya kita memusuhi ibu. Begitu gampang menyebut ibu, “Ibu nggak tahu duduk masalahnya ..” Berminggu-minggu Ibu tidak ditengok, berbulan-bulan Ibu tidak lagi disapa. Hingga lupa, siapa yang melahirkan kita? Siapa pula yang mengganti popok dan menyuapi kita sewaktu kecil? Dan begitu mudahnya, kita menyebut semua itu hanya masa lalu.

Dulu ketika kita masih bayi. Tiap malam merengek. Menangis di tengah malam karena kencing dan popok basah. Maka hanya ibu yang tetap bangun walau tubuhnya masih sangat letih. Ibu yang mengganti popok kita. Berjalan di lantai dingin tanpa alas kaki. Setelah itu, kembali menyusui kita. Sekalipun mata terkantuk di Tengah malam. Namun demi anak kesayangannya. Ibu, tetap relas melakukan apapun demi anaknya. Ibu hanya rela, sekalipun belum tentu menyukainya.

Kini di Hari Ibu. Kita hanya mengucap “Selamat Hari Ibu” di status media sosial, di status WA. Tapi sayang, di saat yang sama, kita pun lupa untuk berucap terima kasih kepada Ibu. Kita masih sulit menengok ibu di rumahnya. Sambil mencium tangannya, memeluk dan berkata di depan mukanya, “Terima kasih Ibu, Saya bangga dan bersyukur punya Ibu”. Penuh ketulusan dan pengabdian seorang anak kepada ibunya. Hingga membuat wajah ibu tersenyum. Hanya tersenyum, bukan yang lainnya.

Sementara di lain waktu. Hanya untuk semangkuk mie yang kita makan dan dibayari orang lain, begitu mudahnya kita bilang terima kasih. Begitu gampang terharu atas kebaikan kecil yang dibuat orang lain. Tapi sayang, justru kebaikan Ibu yang tidak pernah ada bandingannya. Kita masih terasa sulit untuk berucap terima kasih berulang-ulang kepada ibu. Mungkin di situ, kita harus mengakui memang tidak adil bersikap baik kepada ibu. Mengaku hormat dan cinta kepada ibu hanya dalam kesedikitan waktu yang ada. Dalihnya, sibuk dan sibuk.

Kasih Ibu bukan sebatas status medsos. Mumpung masih punya ibu, mumpung masih ada waktu. Kunjungi rumah ibu, datangi dan peluklah Ibu. Ucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada Ibu. Hingga beliau tersenyum tanda ridho kepada anaknya. Karena ibu sudah begitu hebat mendidik dan membesarkan kita.

Jangan sampai menyesal seperti saya. Karena ibu saya kini telah tiada …. Selamat Hari Ibu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *