Pesan Tahun Baru dari Taman Bacaan

Kawan saya bingung di tahun baru. Mungkin, banyak juga yang bingung. Tahun baru itu ritual atau seremonial. Sibuk merayakan sebatas insidental. Bahkan tidak sedikit yang janggal, berkhayal, hingga kontroversial. Tahun baru pasti berulang, tiap tahun. Tanpa menyentuh esensial apalagi fungsional. Tahun baru yang hanya artifisial. Terlalu direkayasa, terlalu dibuat-buat. Mau sampai kapan?

 

Sejatinya, tahun baru itu seperti sebuah bab dalam sebuah buku. Halaman demi halaman yang selalu menunggu untuk dibaca dan ditulis. Oleh pembacanya, oleh pemilik bukunya. Tahun baru yang menjadi bab baru, ayat baru. Bukan hanya mengulang cerita lama yang tidak pernah usai. Tahun baru yang tidak lagi sebatas dirayakan tanpa tujuan. Tanpa kemauan untuk lebih baik.

 

Hebatnya, tahun baru selalu dicari-cari banyak. Ditunggu dan dinantikan, entah apa alasannya? Tahun baru yang hanya mampu mengenang masa lalu, dievaluasi, dan enath mau diapakan lagi. Datangnya waktu yang hanya mampu melihat ke belakang, menengok masa lalu.  Tanpa mampu mengajak diri untuk berubah dan memperbaiki diri. Tahun baru yang gagal menikmati hal-hal kecil dan sederhana dalam hidup. Sekalipun hanya berbuat baik dan menebar manfaat kepada lingkungann sekitar.

 

Bersyukur banget, saya berada di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Sama sekali tdiak ada ritual atau seremonial tahun baru. Hanya ada evaluasi untuk menjadikan taman bacaan lebih baik di tahun depan, di masa mendatang. Sambil “stock opname” koleksi buku bersama wali baca dan relawan. Menata rak buku sambil diskusi apa yang harus diperbaiki, apa yang harus dipertahankan. Esensinya, di tahun depan, taman bacaan harus tetap berkiprah secara sosial untuk menegakkan kegemaran membaca dan budaya litetasi masyarakat. Taman bacaan selalu menutup pintu ke masa lalu, lalu membuka selebar-lebarnya pintu ke masa depan. Karena di taman bacaan, kehidupan yang lebih baik dan lebih bermanfaat memang harus diperjuangkan. Bukan dikeluhkan atau ditunggu datang. Agar semuanya jadi lebih literat!

Maka di tahun baru, syukuri saja apa yang ada dan dimiliki. Ikhlaskan semuan yang sudah dilakukan. Dan tetap sabar dalam segala keadaaan. Bila sudah syukur, ikhlas, dan sabar. Selalu menikmati apapaun sesuai proses tanpa protes. Tidak usah takut untuk dibenci, pun tidak perlu mengemis untuk disukai. Cukup jadi diri sendiri tanpa basa-basi. Agar tidak ada lagi alasan yang bisa menghalangi kemudahan dan keberkahan dalam hidup.  Prinsip itulah yang dijunjung tinggi pegiat literasi di TBM Lentera Pustaka selama ini.

 

Setiap pergantian tahun, setiap pertambahan usia hakikatnya sama saja. Tersulah berjuang untuk lebih baik, lebih bermanfaat di mana pun. Jangan terlenan dengan kehidupan dunia yang sementara. Tidak perlu menyenangkan semua orang. Cukup fokus pada tujuan sendiri sebagai cara untuk memperbaiki diri. Maka tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Itulah esensi tahun baru.

 

Tahun baru itu gagal. Bila orangnya hanya bisa melihat masa lalu tanpa mau berubah untuk masa depan. Karena gelas yang retak sedikit di mulutnya memang terlihat tidak sempurna. Tapi jika dilihat dari sisi yang lain pasti terlihat sempurna. Jadi di tahun baru, lihatlah sesuatu dari sisi yang positif. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *