Pagi ini, supir-supir angkot saling menyalip satu sama lain untuk berebut mencari penumpang. Jam sibuk, berebut mengejar uang. Di depan angkot yang saya tumpangi tampak seorang ibu dan 2 orang anaknya berdiri di tepi jalan menunggu angkot.
Banyak angkot yang menghampiri si ibu. Tapi hanya berhenti dan melaju kembali. Tanpa mau mengangkut si ibu dan 2 anaknya. Setelah berbicara dengan si ibu, sopir-sopir angkot itu langsung pergi. Hingga berulang dia kalo. Entah kenapa?
Hingga angkot yang saya tumpangi pun berhenti di depan si ibu yang berdiri di pinggir jalan.
Si ibu bertanya “Bang, lewat rumah sakit umum yah ?”
Supir angkot menjawab : “Iya bu, silakan naik”
Si ibu tidak segera naik, namun ia berkata lagi “Tapi saya bertiga dengan anak, tidak punya ongkos.”
Sambil tersenyum, supir angkot yang saya tumpangi menjawab : “Tidak apa-apa bu, naik saja. ”. (Si ibu tampak ragu dan malu)
Supir angkot mengulang perkataannya:
“Ayo bu, naik saja, tidak apa-apa. Tidak perlu bayar”
Dan si ibu dan anak-anaknya pun bergegas naik.
“Dalam hati saya baru paham. Ternyata angkot-angkot tadi, kenapa langsung pergi setelah menghampiri si ibu ini? Ternyata ia tidak memiliki uang untuk membayar ongkosnya. Saya pun kagum dengan abang supir angkot yang saya tumpangi. Di saat angkot-angkot lain berlomba mencari penumpang demi mengejar setoran, namun supir ini justru rela 3 kursi penumpangnya di gratiskan”
Setelah 10 menit, angkot yang saya tumpangi akhirnya sampai di depan Rumah Sakit umum. Si ibu dan 2 anaknya itu pun turun, dan mengucapkan terima kasih kepada sang supir. Tidak lama kemudian disusul seorang pria yg duduk sebaris dengan saya juga turun, dan ia langsung menyodorkan uang 100 ribu kepada sang supir.
Ketika abang supir hendak memberi kembalian, tiba-tiba pria itu berkata: “Tidak usah dikembalikan sisanya. Sekalian saja untuk membayar ongkos ibu dan 2 anaknya tadi”. Abang supir pun menjawab, “Ibu dan anaknya tadi ongkosnya hanya habis 20 ribu Pak, ini masih ada sisa 50 ribu”.
Bapak itu berkata “Tidak apa, sisanya untuk kamu. Teruslah jadi orang baik ya bang, jangan pernah bosan membantu orang lain,” ujar Bapak itu sambil turun dari angkot.
Supir angkot pun terbengong. Justru mendapat ganti berlipat-lipat dari Allah SWT, ia pun tidak kuasa menolaknya lagi.
Di balik kisah ini, ada hikmah dan pelajaran dari supir angkot. Siapapun yang berbuat baik pasti dibalas kebaikan, dan siapapun berbuat jahat pasti dibalas kejahatan pula. Supir angkot yang literat sadar bahwa hukum alam pasti berlaku. Ibaratnya, orang yang mengejar akhirat dan dunia. Saat ia menanam padi maka rumput akan ikut tumbuh, namun saat ia menanam rumput padi tidak akan ikut tumbuh.
Siapapun, ketika meminta gelas maka hanya akan mendapat gelas. Tapi ketika meminta air maka akan mendapat gelas dan air. Kisah baik yang patut ditiru. Kata Hasan al-Bashri, salah satu ulama dari kalangan tabiin berkata: “Wahai para pemuda, hendaklah kalian mencari akhirat. Karena seringkali kita melihat para pencari akhirat mendapatkan dunia. Dan kita tidak pernah melihat para pencari dunia mendapatkan akhirat bersamanya.” [Azzuhdul Kabiir karya Al Baihaqi no.12].
Maka pesannya, jangan pernah berhenti berbuat baik. Karena saat kita berbuat baik pada orang lain, sejatinya kita sedang berbuat baik pada diri kita sendiri. Dan Allah akan mengganti berkali-kali lipat kebaikan kita. Maka luruskan terus niat kebaikan untuk akhirat, maka dengan sendirinya dunia akan mengikuti kita.
Seperti berkiprah sosial di taman bacaan pun baik. Driver motor baca keliling (MOBAKE) TBM Lentera Pustaka pun tergugah pada supir angkot, untuk mengikuti jejaknya. Hanya sediakan akses bacaan ke anak-anak di kampung. Mendekatkan buku pada anak-anak setiap minggunya. Tetap melangkah asal kerjakan yang baik dan bermanfaat, sekalipun itu berat. Jadilah literat! Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka