Jangan Minum Racun Sendiri Berharap Orang Lain Mati, Nggak Literat

Benar adanya, siapapun harus menghindari sifat benci, iri, dendam bahkan fitnah. Karena sifat itulah yang jadi sumber permusuhan. Apa sih untungnya bermusuhan? Dan anehnya lagi, zaman now banyak orang yang berani memusuhi orang-orang yang tidak pantas dimusuhinya. Kok bisa memusuhi orang yang tidak layak dimusuhi.

Di sekitar kita, mungkin ada anak yang memusuhi orang tua. Istri memusuhi suami, kakak memusuhi adik. Kawan memusuhi kawan. Bahkan ada orang yang memusuhi taman bacaan. Hanya karena benci atau iri. Atau karena kesalahan yang diperbuat. Atau bahkan karena keberhasilan orang lain. Hingga membuat benci. Maklum penyakit hatinya membludak.

Agak aneh sih, kok ada orang memusuhi orang yang tidak pantas dimusuhi. Mungkin karena otaknya kotor, hatinya busuk, dan mentalnya sakit. Di matanya, siapapun boleh berhasil asal jangan musuhnya. Bawaannya dengki alias hasad. Ibarat meminum racun sendiri tapi berharap orang lain yang mati, begitu kata Imam Ali.

Faktanya begitu dalam kehidupan. Ada orang yang senang, kita yang berduka. Ada orang yang bahagia, kita yang menderita. Ada orang yang maju, kita yang menggerutu. Ada orang yang berjaya, kita yang tidak rela. Dan saat ada orang yang berhasil, kita yang uring-uringan. Karena di jiwanya, ada racun hati yang menyelimutinya. Iya racun hati, racun yang membuat dirinya tidak suka melihat orang lain berhasil dan selalu membenam benci di hati.

Orang dan kaum pembenci itu sering lupa. Bahwa musuhnya adalah diri sendiri, bukan orang lain. Untuk apa memusuhi akhlak baik orang lain? Untuk apa membenci yang tidak pantas untuk dibenci. Lalu mengintimidasi, berkeluh-kesah ke sana kemari hingga menebar aib dan fitnah ke mana-mana? Entah apa yang diharapkan, dikasihani atau dikagumi? Lupa ya, pembenci itu persis seperti burung beo. Banyak bicara tapi tidak bisa terbang. Maka hati-hati berteman dan bergaul dengan kaum pembenci.

Kenapa ada yang memusuhi orang yang tidak pantas dimusuhi? Karena orang yang dimusuhi punya akhlak yang lebih baik dari si pembenci. Lebih berhasil, lebih sukses, dan lebih segalanya. Karena pembenci hanya bisa mengintip, menonton, dan membenci. Tidak bisa mengerjakan yang baik, apalagi mendoakan yang baik. Maka cara terbaik untuk menyiksa para pembenci adalah dengan membuat diri kita lebih bahagia, lebih berhasil. Karena tidak ada yang lebih dibenci orang selain melihat kita lebih sukses, lebih baik.

Maka hati-hati bergaul dengan orang yang gampang memusuhi. Apalagi terhadap orang-orang yang tidak pantas dimusuhi. Ketahuilah, betapa tersiksa jika hasad masih tersimpan dalam hati. Betapa terpenjara jika benci merasuk hingga ke jiwa. Energi negatifnya begitu menguras pikiran, perasaan, bahkan bisa-bisa menghanguskan amal kebaikannya. Hari-harinya peduli pada urusan penyakit hati, untuk menyalahkan orang lain. Hingga lupa untuk introspeksi diri.

Bila ada orang yang genar memusuhi orang yang tidak pantas dimusuhi. Cukup dijauhi dan tidak usah peduli atas apa yang mereka lakukan. Biarkan saja, ketika ada orang yang membenci kita tanpa alasan. Toh, masih ada Tuhan yang selalu mencintai kita tanpa alasan. Hidup kita itu panggung kita, jangan boleh orang lain yang mengaturnya.

Hati-hati, bila minum racun sendiri tapi berharap orang lain yang mati. Musuh itu di diri sendiri, bukan di orang lain. Kenapa harus memusuhi? Nggak literat Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *