Ini kisah nyata emak-emak pembaca buku di taman bcaaan. Bukan emak-emak yang belok kiri tanpa lampu sen. Bukan emak-emak yang galak di jalanan.
Di zaman yang serba digital begini, di mana bisa melihat emak-emak atau kaum ibu yang membaca buku? Jawabnya, ada di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saya menyebutnya “emak-emak TBM”. Kaum ibu yang rajin mengantar anaknya ke taman bacaan untuk membaca buku. Awalnya hanya mengantar. Tapi secara perlahan, emak-emak TBM akhirnya akrab dengan buku-buku bacaan. Mulai tertular virus membaca buku. Hampir sama rajin dengan anaknya. Di TBM Lentera Pustaka, tidak kurang dari 30-an emak-emak selalu ada di taman bacaan, seminggu 5 hari (Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Minggu).
Emak-emak TBM adalah kekuatan baru di taman bacaan. Karena kaum ibu inilah, taman bacaan terpromosikan. Mereka jadi humas, jadi juru bicara TBM ke ibu-ibu lainnya. Dari mulut ke mulut, para ibu inilah yang memberi tahu keberadaan TBM Lentera Pustaka. Ibu-ibu yang mempublikasikan aktivitas membaca anak-anaknya di media sosial, di status WA, bahkan memberi tahu akan pentingnya membaca buku. Para ibu yang pantas menjadi “Menteri Pendidikan” yang sesungguhnya. Karena mau dan berani mendidik anak-anaknya agar punya kepribadian dan kebiasaan yang baik, sekalipun di taman bacaan
Ibu-ibu yang membaca buku di taman bacaan, ternyata punya peran besar terhadap gerakan literasi. Anak-anaknya pun jadi semangat datang ke taman bacaan. Emak-emak TBM bukan hanya paham soal mengasuh dan melindungi anaknya. Tapi lebih dari itu, mereka sadar akan tanggung jawabnya untuk memastikan tumbuh-kembang anak secara positif dan bermanfaat. Bersedia menyuguhkan pendidikan karakter dan budi pekerti anak di taman bacaan. Berani menyiapkan akhlak dan ilmu anak-anaknya lebih baik lagi. Untuk apa? Tentu, untuk masa depan anak-anaknya agar tidak menyesal di kemudian hari, akibat “terlambat peduli” urusan membaca buku anak-anaknya.
Sulit dibantah, kaum ibu di TBM adalah akhlak social. Tempatnya kebijaksanaan, keberanian, bahkan tumbuhnya aktivitas membaca. Kaum ibu yang sabar dan mau mengantar anaknya ke taman bacaan. Tidak gengsi untuk melangkahkan kaki ke taman bacaan. Selalu memberi dukungan anak-anaknya berada di TBM. Ibu-ibu yang tidak pernah lelah berjuang untuk literasi anaknya. Ibu-ibu yang tidak digaji, tidak bisa izin sakit, kadang kurang dihargai. Namun, tekad kuat dan cintanya untuk literasi anak-anaknya tidak terbatas.
Tentu saja, menjadi emak-emak yang mau ke TBM bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi di tengah kesibukan urusan rumah, urusan keluarag. Tapi sulit dibantah pula, menjadi ibu-ibu yang dekat dengan buku pun jadi pekerjaan terbaik yang bisa diminta siapa pun. Emak-emak TBM sadar betul. Memang tidak ada cara untuk menjadi ibu yang sempurna. Tapi selalu ada sejuta cara untuk menjadi ibu yang baik dan lebih literat. Karena ibu adalah tonggak masa depan untuk anak-anaknya. Sehat selalu emak-emak TBM Lentera Pustaka, teruslah mengantar anak dan membaca di taman bacaan. Salam literasi #EmakTBM #BacaBUkanMaen #TBMLenteraPustaka