Tiap Selasa dan Kamis siang, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu diramaikan puluhan anak-anak Kelas PRAsekolah (KEPRA). Mereka datang secara rutin untuk belajar baCA, tuLIS, hiTUNG (calistung) sambil bermain di taman bacaan. Tentu dibimbing oleh 4 wali baca/relawan. Aktivitas KEPRA ini gratis lho. Semarak dan selalu ramai, apalagi anak-anak usia PAUD ini diantar langsung oleh ibunya. Terlihat jelas, aktivitas taman bacaan punya peran penting dalam membentuk tradisi baca dan budaya belajar anak-anak bila ditanamkan sejak dini.
Melihat realitas di TBM Lentera Pustaka seperti itu, justru poinnya bukan di aktivitas belajar calistung-nya. Tapi lebih kepada sisi sosial dan kiprah nyata para wali baca dan relawannya. Kiprah taman bacaan semacam ini, bisa jadi sangat sulit terjadi bila orang-orang yang ada di dalamnya tidak memiliki “kebersihan hati”. Anak-anak yang belajar, wali baca dan relawan, hingga para ibu yang mengantar anaknya pasti memiliki hati yang bersih. Datang dari jauh ke TBM, relawan mengajar tanpa dibayar alias gratis, fasilitas taman bacaan tersedia tidak mungkin bisa terjadi tanpa kebersihan hatti. Karena hati, mereka semua tergabung dalam kegiatan sosial ini. Dan dari hati pula, bisa dideteksi potensi baik dan buruknya seseorang. Karena perbuatan baik, pasti datang dari hati yang bersih.
Dari hati yang bersih, ada ketulusan untuk berbuat baik. Dari hati yang bersih, ada sikap istikomah menebar manfaat. Hanya hati yang bersih yang mampu membuang jauh kata-kata kotor, pikiran buruk, hingga perilaku negatif. Terhindari sifat sombong dan syhawat yang tidak perlu. Hingga jelas bisa dibedakan mana yang baik, mana yang buruk. Menjaga hati yang bersih, jelas membutuhkan proses, tempat, dan perbuatan nyata seperti apa yang dilakukan relawan di TBM Lentera Pustaka.
Kebersihan hati, tentu jadi sumber kesucian akal. Karena hati yang jernih, siapapun terhindar dari perilaku buruk untuk mencari-cari kesalahan orang lain manakala kesalahan diri sendiri belum disadari. Hati yang selalu menjaga untuk tidak menghina atau meremehkan orang lain, karena Allah SWT tidak pernah menghina hamba-Nya. Karena bersihnya hati, siapapun tidak akan pernah membuka aib orang sebab Allah saja menyimpan aib kita hingga hari akhirat nanti.
Sebaliknya, siapapun yang hatinya kotor, pikirannya kotor. Pasti terlalu gampang meremehkan orang lain. Mudah menjelek-jelekkan orang lain padahal suatu saat orang itulah yang menolong kita. Hatinya yang kotor gampang menyakiti hati orang lain lalu lupa doa orang yang teraniaya itu makbul. Akibat hati yang kotor, banyak orang terlalu bangga dengan amal ibadahnya yang belum tentu ditetrima, sombong atas apa yang dimiliki pdahal Allah bisa mengambilnya kapan saja.
Benar kata lagu A’a Gym, jagalah hati. Agar selalu bersih dan bersahaja di mana pun. Karena hati yang bersih tidak pernah mau membandingkan dirinya dengan orang lain. Tidak berani menyalahkan orang lain tanpa mau menyalahkann diri sendiri. Dan pada hati yang bersih, siapapun tidak akan sedih atas kekurangannya. Karena Allah tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Di TBM Lentera Pustaka, siapapun diingatkan untuk selalu “membersihkan hati”. Berbuat baik tanpa pamrih, ikhlas hanya untuk mengejar ridho-Nya. Seperti kata ulama K.H. Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Al Banjari, “Jangan pernah melihat dosa orang lain, lihatlah dosa sendiri. Maka butakan matamu melihat aib orang lain, dan buka mata hatimu untuk melihat aibmu sendiri.”
Pada hati yang bersih, kita tidak akan pernah merasa lebih baik dari orang lain. Agar kita selalu sibuk untuk memperbaiki diri. Tetap berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Terima kasih TBM Lentera Pustaka, terima kasih relawan dan anak-anak kelas prasekolah. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka