Ini nyata terjadi. Ketika seseorang berusaha hidup ngirit. Berjuang untuk menabung dan mengurangi pengeluaran. Biar punya banyak uang. Bahkan sampai menunda-nunda zakat dan sedekah. Hampir tiap hari dia cek saldo rekening. Seperti punya target angka khusus jumlahnya. Setiap pengeluarannya dipantau dan dihitung sebagai beban. Pendek kata, dia berusaha pelit dan kikir. Kira-kira begitu.
Apa yang terjadi? Sekarang ini dan beberapa bulan kemarin, dia justru mengalami ujian finansial. Urusan keuangan sedang diuji. Karena Allah “merampas”nya dengan cara yang sungguh di luar dugaan.
Mulai dari harus renovasi rumah, bolak-balik servis mobil, hingga pengeluaran kecil tapi sering. Akhirnya, tabungannya ludes. Dia tetap saja nggak punya uang. Betul-betul ngirit dan terbatas semuanya. Beli bensin pun boleh dibilang nggak mampu.
Dia sadar betul. Kejadian seperti itu bukan sekali. Tapi berulang kali. Polanya selalu sama. Ketika berusaha untuk “ngirit”, termasuk menunda kebiasaan sedekah dan berbagi pasti mengalami kondisi sebaliknya. Makin sudah, makin nggak punya apa-apa.
Realitas itu berbeda dengan yang dialami Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Justru karena taman bacaan dijadikan ladang amal, bukan hanya tempat membaca buku. Alhamdulillah, rezekinya mengalir. Tahun 2024 ini, CSR korporasi yang membiayai aktivitas TBM dapat dari Bank Sinarmas, Chubby Life Insurance, dan Kopi Lentera milik sang pendiri. Rooftop baca “ditutup” kanopi senilai Rp. 69 juta dan tambahan motor baca keliling dari Bank Sinarmas, dukungan dana dari Groopy Id, hingga sedekah korporasi dari Asosiasi DPLK dan Bank CIMB Niaga Syariah.
Kok bisa? Jawabnya sederhana, karena TBM Lentera Pustaka bukan hanya tempat baca tapi ladang amal. Ada 14 anak yatim yang dibina dan biayai agar tetap sekolah, ada 12 ibu jompo yang disantuni di usia tuanya, ada jajanan kampung gratis untuk anak dan warga TBM tiap bulan, Pendiri TBM Lentera Pustaka selalu sediakan makan siang untuk relawan dan wali baca tipa Minggu hingga sekadar nongkrong di kafe bila lelah melanda aktivitas di TBM. Jelas, TBM bukan hanya tempat baca tapi jadi ladang amal. Tempat berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Insya Allah, begitu niat dan ikhtiar di taman bacaan.
Apa yang mau dikatakan? Bahwa rezeki, harta, dan kekayaan itu unik. Justru r zeki datang dan berkembang ketika dia dialirkan. Semakin deras aliran di bawahnya (ke yang membutuhkan) maka semakin deras pula aliran di atasnya (datangnya).
Adapun mengenai besarnya harta yang dimiliki, bukan dari seberapa besar kita disiplin dalam mengatur pengeluaran. Tapi dari seberapa besar kita mengalirkannya, maka kita pantas mendapatkannya lagi.
Ketika kita mampu menjadi perantara atas rezeki orang lain salah satunya, dengan memberi baik dan berbagi kepada kaum yang membutuhkan, maka kita sedang memantaskan diri untuk menerima lebih. Karena ada hak mereka dalam harta kita. Dan bersedekah atau berbagi itu kepada yang membutuhkan. Agar ada senyum dan rasa senang pada dirinya. Bukan ngebayarin ngopi kawan di kafe.
Jadi, boleh percaya atau tidak, bahwa dapat disimpulkan ada 2 pola terkait dengan rezeki atau harta: 1) jika kita tidak mengeluarkannya, maka Allah-lah yang dengan paksa akan mengeluarkannya atau 2) rezeki atau harta tidak akan menumpuk ketika kita menimbunnya, tapi rezeki akan semakin banyak ketika kita mengalirkannya dan pantas untuk mendapatkan yang lebih lagi.
Boleh percaya atau tidak. Rezeki yang disyukuri pasti lapang sedangkan rezeki yang dikufuri pasti kurang. Percayalah, kita sudah diciptakan lengkap dengan rezekinya masing-masing, tidak akan tertukar. Tinggal jemput dengan ikhtiar dan doa yang baik. Cari berkah-Nya dengan bersedekah dan berbagi kepada yang membutuhkan. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka