Antara TV sebagai televisi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) meliput aktivitas GErakan BERantas Buta aksaRA (GEBERBURA) Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor (11/4/2023). Selain meliput proses belajar baca-tulis yang dilakukan relawan Resa dan Farida, Antara TV juga mewawancarai Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka), Ibu Arniati dan Ibu Euis sebagai warga belajar gerakan berantas buta aksara. Liputan Antara TV ini mengangkat aksi nyata pemberantasan buta aksara yang terjadi di masyarakat, di samping mengangkat program keaksaraan yang konkret dilakukan pegiat literasi.
Antara TV, hampir tidak percaya. Kok masih ada kaum buta aksara alias buta huruf di era yang serba modern dan serba digital. Setelah terjun langsung ke lapangan, melalui program GEBERBURA TBM Lentera Pustaka terbukti nyata aktivitas berantas buta aksara atas inisiasi swadaya masyarakat, khususnya taman bacaan masih dilakukan hingga kini. Selain belagar membaca dan menulis, 5 (lima) kaum ibu buta aksara diminta mengeja dan menuliskan “Pancasila” sebagai lambang negara Indonesia. Setelah 40 menit waktu belajar baca tulis usai, warga belajar buta aksara pun diajak “senam geberbura” untuk menjaga semangat belajar di taman bacaan. Di akhir proses belajar, Pendiri TBM Lentera Pustaka pun memberi “hadiah seliter beras” kepada tiap warga belajar. Agar tetap termotivasi belajar baca-tulis dan rajin datang ke taman bacaan. Maklum belajar di taman bacaan sebagai lembaga pendidikan nonformal, warga belajar tidak ada absen, tidak ada raport. Sehingga harus punya cara beda untuk menjaga “murid” agar tetap rajin datang. Hadiah seliter beras menjadi jawabannya.
Melalui liputan berantas buta aksara Antara TV, harapannya ada kepedulian pemerintah daerah dan jajarannya untuk peduli terhadap program pemberantasan buta aksara di wilayahnya. Selain itu, pemerintah daerah pun bisa terjun langsung untuk “mengetes” warga belajar untuk mendapatkan ijazah paket A, B atau C sesuai dengan jenjangnya. Agar program pemberantasan buta aksara di daerah memiliki “legitimasi” pendidikan dari pihak yang berwewenang. Karena apapun yang dilakukan TBM Lentera Pustaka sifatnya sebagai gerakan sosial. Untuk menegakkan kegemaran membaca masyarakat, pemberantasan buta aksara, bahkan mengatasi problematika sosial di daerah. Inilah peran pemerintah daerah yang sangat diharapkan.
Patut diketahui, TBM Lentera Pustaka sebagai gerakan kewargaan yang bersifat swadaya, sejak berdiri tahun 2017, awalnya hanya menjalankan 1 program taman bacaan. Kini, TBM Lentera Pustaka sudah mengelola 14 program literasi. Diantaranya TAman BAcaan (TABA) dengan 130 anak pembaca aktif dari 3 desa, GERakan BERantas BUta aksaRA (GEBEBURA) dnegan 9 warga belajar, KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 26 anak, TBM Ramah Difabel, YAtim BInaan (YABI) dengan 14 anak yatim, JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 12 kaum jompo, MOtor BAca KEliling (MOBAKE) yang keliling kampung, dan Koperasi Lentera dengan 30 anggota. Tidak kurang 200 orang pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.
Karena itu, liputan media seperti Antara TV menjadi penting dalam mengangkat dan menyuarakan praktik baik dan kisah nyata aktivitas taman bacaan. Gerakan literasi yang disajikan apa adanya sebagai realitas di taman bacaan. Ada pesan penting melalui liputan Antara TV di TBM Lentera Pustaka, bahwa gerakan literasi dan taman bacaan memang harus dikelola dengan hati, bukan hanya logika. Maka komitmen dan konsistensi menjadi kata kuncinya. Karena literasi bukan hanya diskusi atau seremoni. tapi esensi.
Bagaimana kisah berantas buta aksara di taman bacaan? Nantikan di Antara TV. Salam literasi #AntaraITV #TamanBacaan #Geberbura #TBMLenteraPustaka