Jujur saja, sudah langka melihat pemandangan anak-anak yang membaca buku di era digital atau media sosial seperti sekarang. Coba cek, di mana ada anak-anak membaca buku secara massal dan berkelanjutan? Jangankan di jalanan, di sekolah pun mungkin sudah tidak lagi ada. Perpustakaan kosong, anak-anak lebih suka kegiatan ekstrakurikuler.
Tapi lainnya halnya dengan anak-anak di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ada sekitar 80-an anak usia sekolah yang secara rutin 3 kalo seminggu membaca buku di taman bacaan. Setiap Rabu, Jumat, dan Minggu mereka rutin “mengakrabi” buku bacaan. Dibimbing wali baca dan relawan yang luar biasa, puluhan anak membaca buku secara bersuara, diberi motivasi, hingga bermain games bersama. Semuanya ada dan dilakukan oleh TBM Lentera Pustaka. Sebagai tempat bermain dan nongkrong anak-anak kampung. Bahkan tidak sedikit dari mereka diantar oleh orang tua untuk membaca di taman bacaan. Seperti yang terjadi pada Minggu (17/7/2023), anak-anak pembaca aktif begitu antusias berada di taman bacaan.
Kalau dianggap kebiasaan, maka aktivitas anak-anak yang membaca buku sudah jadi barang langka. Di mana lagi ada anak-anak yang dijaga dan dibentuk perilaku membacanya? Apa masih ada di luar taman bacaan, apalagi di lingkungan yang apatis? Sebenarnya, bila mau jujur, untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan masyarakat yang literat harusnya dimulai dari membaca. Dekatkan anak-anak dengan buku, memulai dari literasi. Karena literasi bisa menjadi landasan ilmu pengetahuan, sikap dan perilaku baik, bahkan akhlak dan adab yang dibutuhkan seiring perkembangan zaman.
Tapi sayang, di negeri ini, literasi dan taman bacaan masih dianggap “sebelah mata”. Banyak kalangan belum sadar dan paham akan pentingnya literasi dan membaca buku. obrolan, diskusi, dan seminarnya banyak tentang literasi. Tapi eksekusi dan aksi nyata literasi masih diabaikan. Maka dibutukan, kesadaran banyak pihak untuk ikut serta menggerakkan literasi dan aktivitas taman bacaan. Baik melalui program CSR, bakti sosial di taman bacaan, mengisi acara di TBM, menjadi relawan atau berdonasi buku.
Literasi dan taman bacaan akan sulit eksis dan bertahan. Bila tidak adanya kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak. Tegaknya tradisi baca dan budaya literasi sulit terwujud bila tidak “kesamaan langkah” untuk bertindak. Untuk bergandengan tangan “membaikkan” anak-anak Indonesia di masa depan, di samping peduli terhadap gerakan membaca dan literasi.
Jadi, apa masih ada pemandangan anak-anak yang membaca di dekat kita? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka