Bersikap Tenang Saat Disertasi S3 Telat

Mungkin hari ini, banyak orang tidak lagi mampu bersikap tenang. Gampang panik, mudah heboh, dan terlalu mengkhawatirkan apapun. Takut punya masalah, tidak berani menghadapi realitas. Jadi tidak tenang, hari-harinya penuh kecemasan. Masalah dianggap beban, bukan cara untuk memperbaiki diri atau menguatkan diri sendiri. Lupa, bahwa masalah bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Akhirnya, pikiran kalut dan tidak tenang.

 

Ini sekadar cerita saja. Baru kemarin (27/3/2024), saya ujian proposal disertasi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) Bogor. Realitasnya, disertasi saya sudah tertunda 4 tahun. Bila ditambah masa kuliah maka kini sudah tahun keenam belum lulus juga. Lebih dari itu, karena kuliah S3 saya dibiayai oleh Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) maka “tuntutan” untuk segera selesai jadi wajib, Sudah tanda tangan surat pernyataan, bila tidak lulus tahun 2024 ini, konsekuensinya kembalikan biaya kuliah plus bayar sendiri biaya yang sudah berjalan. Woww, bikin tidak tenang dong pastinya.

 

Bisa jadi makin tidak tenang, karena saat ujian proposal kemarin. Saya harus berhadapan dengan tim penguji “kawakan” dari Pascasarjana Unpak. Sebut saja, Prof. Dr.rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU., sebagai ketua tim penguji yang menjabat Rektor Unpak saat ini sekaligus promotor saya yang guru besar Unpak jebolan Jerman. Ada pula Prof. Dr-Ing. Soewarto Hardhienata, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Unpak yang juga guru besar jebolan Jerman dan ahli satelit. Begitu pula Dr. Martinus Tukiran, M.T., yang menjadi ko-promotor (sekaligus PA saya) yang dikenal “jenius” dan sebentar lagi menyandang guru besar di Unpak. Dan terakhir Dr. Widodo Sunaryo,MBA., S.Psi, dosen senior yang mumpuni di metodologi dan manajemen pendidikan. Berhadapan dengan penguji sekaliber itu, tentu harusnya membuat saya tidak tenang. Takut, khawatir tidak bisa jawab pertanyaan dan segudang kekhawatiran lainnya.

 

Dan ternyata, setelah dijalani semuanya, tidak ada ketakutan sama sekali. Saya tetap tenang dan menjalani proses ujian sebagaimana mestinya. Jangankan urusan disertasi, urusan apapun pada manusia ternyata memang tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Sama sekali tidak perlu cemas soal apapun. Selagi mau dijalani dan ikhtiar dilakukan tidak perlu cemas. Terbukti kok, kita hanya bisa control diri kita sendiri dan sama sekali tidak bisa mengontrol apapun di luar diri kita. Alhamdulillah, saya bisa menjawab pertanyaaan tim penguji sejaligus menerima masukan untuk memperbaiki disertasi saya. Dan alhamdulillah lagi, akhirnya dapat nilai 3,8. Kecemasan hilang dan pergi, lalu berganti menjadi optimisme dan semangat juang untuk segera selesaikan disertasi tahun 2024 ini.

 

Begitu juga saat berkiprah di taman bacaan. Sekalipun aktivitas taman bacaan bersifat baik dan menebar manfaat, pasti saja ada orang-orang yang tidak suka. Ada yang membenci, ada yang tidak peduli dan sebagainya. Biarkan saja, toh mereka tidak bantu apa-apa. Mereka juga tidak penting untuk taman bacaan. Jadi tenang saja, dan kerjakan terus yang baik dan bermanfaat di taman bacaa. Seperti yang dilakaukan saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

 

Tenang itu penting. Modal penting itu bukan uang tapi ketenangan. Karena dengan tenang, siapapun jadi lebih terarah dan bisa menjalani proses dengan lebih baik. Maka penting, untuk tidak lagi membangun ketakutan pada diri sendiri. Untuk apa cemas dan menjadi beban? Jalani saja apapun yang baik, ikhtiar yang bagus, doa yang banyak. Setelah itu rileks saja, tenang dan tenang saja. Selebihnya serahkan kepada Allah SWT.

 

Tenang itu bukan pasrah. Tapi tetap fokus mengerjakan dan ikhtiar. Dan jangan terlalu mengkhawatirkan yang belum terjadi. Tenang pun berarti bersikap bodo amat terhadap hal – hal yang tidak penting. Hindari sesuatu yang tidak perlu dimasalahkan. Acuhkan omongan orang-orang yang tidak ada manfaatnya. Jauhi pergaulan yang membuang waktu sia-sia. Kerjakan apapun yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Maka situlah  hidup kita jadi  lebih tenang. Jauh dari hiruk pikuk yang tidak penting, jauh dari apapun yang dianggap heboh padahal biasa-biasa saja. Tenang saja ya.

 

Tenang saja, karena di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Setelah gelapnya malam pasti akan terbit pagi yang terang. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Terkadang, masa-masa sulit itu diperlukan untuk menjadi kita lebih kuat. Agar tidak dianggap lemah atau lemah benaran. Maka untuk lebih tenang, benahi pikiran dan persepsi kita sendiri. Sambil ikhtiar baik tetap dijalankan. Karena rumusnya, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Man jadda wa jadda!

 

Cukup bersikap tenang dalam kondisi apapun. Karena kita punya kelebihan yang luar biasa. Yaitu mampu memulai dan mampu pula mengakhiri. If you can dream it, you can do it. ‘Cause, nothing is impossible with Allah. Yes, you can. Yakin saja pada diri sendiri, jangan percaya pada orang lain. Percaya dengan kemampuan diri sendiri, karena orang lain sama sekali tidak bisa bantu saat kita tidak mampu.

 

Tenang saja. Dan jangan lupa, sertakan Allah di setiap langkah kita. Tenanglah karena kita punya Allah! Katakan, “kita punya Allah, insya Allah kita bisa!”. Salam literasi #NgabubuRead #UjianDisertasi #TBMLenteraPustaka