Bung Karno dan Ajakan Ekonomi Berdikari di Hari Tua

Hampir semua orang yang bekerja hari ini, pasti mendambakan masa pensiun yang sejahtera. Saat masih bekerja bermimpi untuk punya kemandirian finansial di hari tua, tanpa mau bergantung kepada anak-anaknya atau keluarga. Sayangnya, banyak pekerja justru tidak mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Tergolong gagal mengelola uang kecil yang perlu disisihkan untuk masa pensiun. Kita sering menyebut, masa pensiun gimana nanti aja. Akhirnya, terjadilah masa pensiun yang merana. Gagal memenuhi standar hidup di hari tua. Buktinya, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia hanya mengandalkan transferan dari anaknya setiap bulan untuk memenuhi biaya hidupnya.

 

Adalah Bung Karno yang menggaungkan pentingnya “ekonomi berdikari”. Ketika Indonesia harus mampu berdiri sendiri dan tidak bergantung pada bantuan luar negeri. Pentingnya menyiapkan ekonomi yang memanusiakan, untuk hari ini dan hari esok. Ekonomi jangan hanya dilihat soal permintaan dan penawaran serta transaksi. Tapi ekonomi yang berkelanjutan untuk jangka panjang. Bahkan rakyat ditekankan untuk menabung agar tidak menganggap pemerintah sebagai “sinterklas” yang memberi segalanya.

 

Kondisi ekonomi di hari tua yang berdikari, mampu berdiri di kaki sendiri. Masa pensiun yang tenang dan sejahtera. Pensiun yang memiliki kesinambungan penghasilan, sekalipun sudah tidak bekerja lagi. Berani mempersiapkan masa pensiunnya sendiri. Sebab masa pensiun memang harus disiapkan sendiri, menabung sejak dini untuk hari tua. Tapi sayangnya, tidak sedikit pekerja hari ini yang boros, ceroboh, bahkan impulsif. Lupa cara menghargai rupiah demi rupiah yang dikejarnya. Karena itu, masa pensiun bukan sekadar urusan nominal, tapi soal mentalitas. Mau disiplin dan sadar untuk menyisihkan sebagian gaji untuk masa pensiun.

 

Kita sering berpikir, masa pensiun masih lama. Nanti saja menabung untuk pensiun, sekarang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa iya begitu? Kita lupa, cepat atau lambat mas apensiun pasti tiva. Bila kita tidak bisa mengatur uang Rp100 ribu, sudah pasti kita tidak akan bisa mengatur Rp10 juta. Karena masalahnya bukan di jumlah uangnya, tapi di kebiasaan kita terhadap uang itu. Uang itu hanya memperbesar kebiasaan kita. Kalau kita boros sekarang, pasti kita akan boros juga nanti. Hanya waktunya dan jumlahnya saja yang berbeda.

 

Uang pensiun tidak mungkin diperoleh langsung besar. Justru uang pensiun dimulai dari menabung uang kecil. Selalu disiplin menyisihkan sebagian uang kecil untuk hari tua.  Sadar untuk menyiapkan masa pensiun, gara lebih mandiri secara finansial. Apalagi di saat sudah tidak bekerja lagi.

 

Ada benarnya, orang sukses tidak menunggu kaya untuk belajar mengatur uang. Justru mereka belajar dulu menabung dulu, lalu kemudian jadi kaya. Ternyata, kedisiplinan finansial dibangun dari kebiasaan sederhana: mencatat pengeluaran, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta menyisihkan sebagian untuk tabungan masa pensiun. Kalau kita terbiasa mengabaikan uang receh, sejatinya kita sedang melatih diri untuk tidak menghargai nilai kecil. Padahal, semua kekayaan besar dimulai dari nilai kecil yang dikelola dengan bijak. Uang besar hanyalah hasil akumulasi dari keputusan kecil yang benar. Begitulah uang pensiun bekerja untuk kita, menabung dari yang kecil hingga menjadi besar nilainya.

 

Karena itu, siapapun sangat penting untuk mewujudkan “ekonomi berdikari” seperti yang digaungkan Bung Karno sang pendiri bangsa. Utamanya untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera, punya kesinambungan penghasilan di hari tua. Salah satunya adalah melalui dana pensiun atau DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Karena melalui dana pensiun, siapapun pada akhirnya 1) memiliki dana yang pasti untuk masa pensiun, 2) mendapat hasil investasi yang optimal selama punya dana pensiu, 3) mampu mewujudkan kemandirian finansial di hari tua, 4) punya kesinambungan penghasilan saat tidak bekerja lagi, dann 5) mendpaat insentif pajak saat manfaat dibayarkan. Maka, mulailah sisihkan “uang kecil” Rp. 100 ribu per bulan untuk masa pensiun. Agar nantinya, tidak bergantung secara ekonomi kepada anak atau keluarga.

Banyak orang berpikir, uang bisa memperbaiki hidup mereka. Tapi faktanya, uang justru hanya memperbesar siapa kita sebenarnya? Kalau kita boros sekarang, gaji besar hanya akan membuat kita lebih boros. Kalau kita impulsive hari ini, uang hanya mempercepat kehancuran kita di kemudian hari. Apapun alasannya, uang tidak akan mengubah karakter seseorang keciuali hanya memperjelasnya.

 

Mulailah menabung untuk masa pensiun dari sekarang. Jangan buru-buru bilang tidak punyauang untuk ditabung sebelum ikhtiar mengatur pos pengeluaran. Sebab hari tua tetap penting dipersipakan sejak dini. Ketahuilah, bukan semesta yang pelit tapi kita sendiri yang belum siap dipercaya dengan uang lebih. Belum bijak mengelola uang, belum mau menyiapkan hari tua sendiri. #YukSiapkanPensiun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *