Cara Unik Para Doktor Pulihkan Kelelahan Psikologis Pasca Menulis Disertasi

Oplus_131073

Pemulihan psikologis setelah menyusun disertasi sangat penting, karena proses disertasi biasanya menguras energi mental, emosi, dan bahkan identitas diri seseorang sebagai peneliti. Berikut alasan utamanya:

 

Siapapun yang sedang atau belum lama selesai dari menulis disertasi, sebagai syarat pemenuhan meraih gelar doktor pasti mengalami “burnout” atau kelelahan psikologis. Burnout, lelah secara emosional, mental, dan fisik yang ekstrem akibat stres berkepanjangan. Akibat menulis disertasi yang dirundung rasa malas (bukan tidak bisa), energi terkuras, bahkan merasa “kesepian” akibat teman sekelas sudah selesai, sementara kita belum kelar.

 

Siapapun yang berjuang untuk menyelesaikan disertasi pasti lelah dan itu wajar. Setelah meraih gelar doktor bukan hanya bersyukur. Tapi merasakan yang namanya “post-dissertation burnout”. Setelah menjadi doktor dan selesai disertasinya justru merasa kosong dan lelah psikologis. Perlu pemulihan untuk kembali ke ritme hidup normal dan menghindari gejala seperti: kelelahan ekstrem, sulit fokus, kehilangan motivasi atau mudah cemas atau sensitif.

 

Atas dasar itu, Dr. Syarifudin Yunus, Dr. Saring, dan Dr. Huri Suhendri sebagai teman sekelas yang lulus tahun 2024 dari Program Doktoral S3 Manajemen Pendidikan Unpak sekaligus dosen di Universitas Indraprasta PGRI hari ini (9/12/2025) setelah mengajar di Kampus Unindra ngobrol bareng sambil makan lontong Padang Uni Salsa di daerah Condet sebagai pemulihan dari “post-dissertation burnout” untuk menormalisasi tekanan emosional saat menyusun disertasi, baik tekanan dari pemptor-kopromotor, tekanan kampus, keluarga atau rasa bersalah pada diri sendiri. Setidaknya, pemulihan setelah menulis disertasi butuh waktu minimal 3 tahun. Sekaligus untuk menikmati masa-masa stres saat menulis disertasi yang begitu kompleks dan butuh komitmen.

 

“Kita ini kan baru kelar doktor setahun lalu, jadi harus rileks dan makan-makan aja selama 3 tahun. Hindari yang terlalu serius, sebagai pemulihan pasca menyusun disertasi dan kuliah S3. Kita butuh waktu transisi untuk memulihkan masa-masa menulis disertasi” ujar Dr. Syarifudin Yunus sambil mengunyah lontong Padang Uni Salsa.

 

Pemulihan setelah menulis disertasi santay penting. Untuk mencegah post-defense depression. Banyak jebolan S3 mengalami kondisi “kesedihan setelah sidang”, sebagai kombinasi euforia, kelelahan, dan kehilangan tujuan. Maka pemulihan psikologis penting untuk menjaga emosi tetap stabil dan menyiapkan mental untuk fase hidup berikutnya.

 

Siapapun yang menulis disertasi, pasti mengalami tekanan psikologis. Merasa penelitiannya harus “sempurna”, ditambah coretan dari promotor dan tuntutan segera selesai sehingga memicu rasa cemas berlebihan, merasa disertasinya tidak cukup baik,vkesepiaj akademik, hingga kelelahan mental berkepanjangan. Begitulah nyatanya, maka perlu pemulihan yang konsisten. Sebab bila tidak, jadi banyak bengong-nya.

 

Karena itu, bagi para doktor atau lulusan S3 yang baru saja selesai berjuang di ujian terbuka, perlu memberi penghargaan pada diri sendiri dengan melakukan pemulihan psikologis pasca menulis disertasi. Salah satu caranya dengan ngobrol yang asyik-asyik sambil menikmati makanan/kulineran yang lezat. Seperti yang dilakukan alumni S3 Manajemen Pendidikan Unpak sekaligus dosen Unindra yang menikmati lontong padang. Biar pulih dan lebih bergairah lagi … Oke?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *