Hari begini, masih ada orang yang kerjanya memusuhi orang lain. Ngasih makan nggak, sekolahin juga nggak. Tapi kerjanya memusuhi. Boro-boro berbuat baik, hati dan pikirannya saja diisi oleh kebencian dan rasa iri yang nggak jelas juntrungannya.
Banyak orang lupa. Bahwa musuh itu bukan pada orang lain. Tapi pada diri sendiri. Ketika benci, iri, dendam bahkan tidak suka merasuki hati dan pikiran. Entah apa sebabnya? Terlalu mudah untuk memusuhi orang lain. Karena terisolir dari perbuatan baik. Lupa baik saja tidak cukup, apalagi benci.
Di dekat kita, ada saja orang yang berjuang keras untuk memusuhi orang lain. Bekerja keras untuk “mempengaruhi” orang lain untuk membenci. Menuntut orang lain harus “berubah” sesuai keinginannya, menurut kehendaknya. Tapi dirinya sendiri, sama sekali tidak berubah. Dari zaman ke zaman ya begitu begitu saja. Gemar berceloteh lalu membenci hingga ujungnya memusuhi. Lupa ya, ngasih makan nggak nyekolahin nggak. Kenapa harus membenci atau memusuhi?
Seperti buku di rak yang tidak dibaca. Terserah kita mau baca atau tidak. Tapi jangan pernah memusuhi atau menyalahkan bukunya. Bila ada waktu baca, bila nggak punya waktu ya diam saja. Apalagi menyalahkan taman bacaan dan orang-orang yang di dalamnya. Sungguh keliru, karena mereka bukan musuhmu.
Jadi, musuh itu bukan pada orang lain. Tapi diri sendiri. Sayangnya, tidak banyak orang yang rela dan sudi mengubah dirinya sendiri. Karena merasa sudah sempurna. Atau merasa lebih baik dari orang lian. Semuanya hanya perasaan bukan kenyataan. Sementara orang lain yang tidak mau berubah menurutnya, maka dianggap musuh. Sadis bin kejam ya.
Musuh itu ada pada diri sendiri. Renungkanlah, agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Jangan lupa bertekad mengalahkan lawan-lawanmu. Karena itu nggak penting dan nggak berpengaruh apapun.
Untuk urusan apapun, cukup perbaiki niat baguskan ikhtiar. Dan berdoalah yang baik untuk diri sendiri dan orang lain. Karena di situ ada akhlak yang sesungguhnya. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka