Cerita Dua Anak Berambut Panjang di Taman Bacaan

Minggu lalu, saya melihat langsung dua anak berambut panjang memilih buku bacaan di TBM Lentera Pustaka. Keduanya begitu antusias, seolah ada harapan besar di balik halaman demi halaman buku yang dibacanya. Saya memang tidak boleh takjub kepadanya. Tapi saya juga tidak boleh berbohong untuk menyatakan mereka anak-anak yang luar biasa. Hari gini masih mau rajin ke taman bacaan, memilih buku, dan duduk tenang sambil membaca buku. Coba tanya deh, di mana ada pemandangan seindah ini?

 

Kita sering salah. Menyebut minat baca anak-anak rendah. Salah banget, seharusnya sediakan dulu akses bacaannya. Di mana dan kapan anak-anak itu harus membaca? Bagaimana bisa ada minat bila akses membacanya tidak tersedia. Begitulah realitas yang terjadi di kampung-kampung. Kita terlalu sering memvonis minat baca rendah, sementara kita sendiri belum komit dan istikomah dalam sediakan akses bacaan.

 

Tidak lama, kedua anak berambut panjang pun duduk di dekat saya. Lalu saya pun bertanya singkat. “Kenapa kamu mau membaca buku Nak?”

Anak satunya menjawab, “saya senang Pak ada di taman bacaan”. Dan satunya lagi bilang, “Daripada diam di rumah atau main, lebih baik ke TBM, bisa baca bisa ketemu teman”. Saya pun tersenyum, jawaban versi anak-anak. Jelas dan tidak butuh tafsir lainnya.

 

Saya hanya berpikir. Segitunya manfaat taman bacaan buat anak-anak. Cukup bikin anak-anak senang, dan lebih baik baca daripada main. Kita memang tidak tahu, mereka mau jadi apa ke depan? Tapi setidaknya, mereka sudah melakukan sesuatu yang tidak banyak dilakukan anak-anak lainnya. Yang lain main, mereka membaca buku. Jelas bedanya kan, maka Insya Allah jelas juga beda nasibnya di masa depan.

 

Zaman begini, banyak anak yang kerjanya main. Atau main HP dan game. Ketika ditanya, dari mana atau main apa? Mereka tidak mau jawab karena “takut”. Atau bisa menjawab tapi tidak jujur. Maka bagi saya, anak-anak yang ada di taman bacaan. Setidaknya belajar untuk menjawab saat ditanya dan jujur saat berkata.

 

Dan insya Allah, karena buku bacaan yang “dilahapnya”, mereka akan makin percaya diri. Percaya atas kebisaannya, percaya atas kemampuannya. Sekalipun tinggal di kampung, percaya diri itu penting. Karena mau siapa lagi yang percaya diri kalau bukan diri mereka sendiri. Teruskan membaca Nak, Bapak akan selalu mendampingi saat di taman bacaan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #TamanBacaan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *