Di Taman Bacaan, Sikap Lebih Penting daripada Fakta

Sejak berkiprah di taman bacaan dan gerakan literasi, seakan ada kesadaran baru yang saya rasakan. Bahwa ternyata “sikap lebih penting daripada fakta”. Soal cara menyikapi fakta atau realitas. Bersikap berarti cara bereaksi atas keadaan yang dihadapi.  Aktivitas taman bacaan faktanya bersifat sosial. Tapi sikap yang menentukan mau diurus atau tidak diurus? Itulah sikap lebih penting daripada fakta.

 

Faktanya, mungkin punya waktu luang yang cukup. Tapi sikapnya tidak menggerakkan untuk melakukan apa-apa. Faktanya mampu tapi sikapnya tidak mampu. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang faktanya tidak punya waktu yang cukup. Tapi sikapnya menyuruh untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat tanpa kenal lelah. Sikap yang penuh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi di taman bacaan. Seperti itulah yang saya lakukan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Selalu ada dan hadir di taman bacaan secara langsung, sekalipun harus menempuh jarak Jakarta-Bogor setiap minggunya, bolak-balik.

 

Begitu pun dalam pergaulan. Mungkin tidak sedikit orang yang memiliki teman banyak. Tiap hari ngobrol via grup WA. Tapi untuk apa dan ngapain dengan teman yang banyak itu? Itu semua fakta dan bisa terjadi pada siapapun. Hanya sikap yang pada akhirnya memilah pertemanan.  Berteman yang akhirnya harus dibatasi untuk hal-hal yang positif dan memberi manfaat kepada sesama. Sikap itulah yang dipegang teguh para wali baca dan relawan di TBM Lentera Pustaka. Ada waktunya fun, ada waktunya untuk berkiprah secara sosial.

 

Dan yang penting pula, saat bersikap memang siapapun tidak perlu menyenangkan orang lain. Karena memang tidak satupun di antara kita mampu menyenangkan orang lain. Jadi saat bersikap, jalani saja dan nikmati prosesnya. Sikap yang diambil pasti ada konsekuensinya, baik atau buruk. Tapi lagi-lagi, sikap memang lebih penting daripada fakta,

 

Faktanya, tidak sedikit orang punya hati baik. Omongannya baik, bahkan penampilannya baik, Itu fakta yang terlihat kasat mata. Tapi nyatanya, tidak sedikit pula yang sikapnya benar-benar berpihak pada kebaikan. Selalu komit untuk berbuat baik dan menebar manfaat. Dan selalu menghindar dari ketidak-baikan, sekalipun hanya sebatas omongan. Maka hari ini, baik sering kali sebatas omongan. Tapi sikap baik harus tercermin dalam perilaku. Jadi jelas, sikap memang lebih penting daripada fakta.

 

Jangan pernah mengabaikan sikap. Jangan sepelekan cara berpikir dan bertindak sebagai cerminan sikap. Karena sejatinya, sikap yang menentukan baik-buruknya perilaku kita esok. Maka latih dan biasakan sikap yang baik, di mana pun dan soal apapun. Sikap itu pasti memberi faedah, sementara fakta belum tentu ada gunanya. Sederhana, rendah hati atau punya komitmen yang direalisasikan itu sikap, bukan fakta. Begitulah, sikap lebih penting daripada fakta.

 

Hari ini dan essok, siapapun pasti berhadapa dengan fakta-fakta. Tapi yang paling penting adalah bagaimana car akita menyikapinya? Dan harus disadari, sikap tidak terbentuk sejak kita dilahirkan. Sikap harus dilatih dan dibiasakan. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *