Pegiat literasi itu aktivitas sosial. Bukan tempat cari makan. Maka siapapun pegiat literasi harus “kelar dengan dirinya sendiri”. Agar tegas bisa dibedakan, mana urusan pekerjaan sehari-hari untuk nafkah. Mana urusan sosial sebagai pegiat literasi. Nah, salah satu yang bisa dijalani pegiat literasi adalah sebagai konsultan.
Konsultan itu kerjanya memberi opini, saran, nasihat, dan solusi kepada kliennya, baik perusahaan atau organisasi. Membantu terhadap persoalan bisnis yang dihadapinya. Atas bantuan konsultan, diharapkan bisnis si klien dapat berjalan lebih kompetitif, lebih customer oriented. Proses bisnisnya pun jadi lebih cepat bukan lambat, lebih mudah bukan susah. Maklum di zaman begini, perusahaan yang tidak kompetitif dan tidak sesuai ekspektasi konsumen pasti akan “terpuruk” secara alamiah.
Namanya konsultan, berarti kerjanya memberi konsultasi, Jadi tempat bertanya sekaligus memberikan solusi bisnis. Karena konsultan, memang harus ahli dalam menganalisis informasi dan realitas bisnis. Paling tidak, 50% waktu kerja konsultan itu untuk h mendengarkan, menyerap, dan menganalisis informasi dari klien. Sisanya, 30% dipakai untuk kajian atau berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan untuk membuat bisnis bisa lebih kompetitif dan 20% lagi untuk menyajikan saran atau solusi bisnis yang prosfektif.
Jadi konsultan, kerjanya juga rileks, tidak full time. Selain harus punya keahlian dan pengetahuan bisnis yang mumpuni, konsultan pun harus komitmen terhadap penyelesaian proyek yang dikonsultani. Karena konsultan kan biasanya berdurasi waktu tertentu yang didasari kontrak konsultatif. Tentu, jadi konsultan harus professional, berpengalaman, dan mampu jadi “inkubator” terjadinya solusi atas tujuan si klien.
Lalu, berapa bayaran atau honor konsultan? Tentu, ajib alias luar biasa dong. Apalagi konsultan bukan kaleng-kaleng, yang hanya mau bayarannya tanpa kajian rekomendasi yang paten. Sebagai contoh saja, saya sebagai pegiat literasi saat ini dijadikan konsultan untuk 2 perusahaan. Sesuai keahlian dan pengalaman saya, tentunya. Alhamdulillah, honor di bulan Desember 2022 ini saja bisa mencapai Rp. 60 juta. Dan dari honor konsultan sebulan ini, saya jadikan untuk membangun “perluasan rooftop baca lantai 2” TBM Lentera Pustaka seluas 24 meter persegi, sekaligus membangun rooftop baca lantai 3 yang premium yang saat ini sudah berlangsung selama seminggu. Begitulah enaknya pegiat literasi yang jadi konsultan. Alhamdulillah kan …
Hikmahnya, adalah semua butuh proses. Tidak ada konsultan yang terjadi secara instan. Karena konsultan pasti sudah punya “jam terbang” memadai, di samping ahli di bidangnya. Seperti berkiprah di taman bacaan pun ada prosesnya. Suka duka berjuang di taman bacaan harus dijalani. Asal tetap komit dan konsisten dalam menjalaninya. Demi tegaknya tradisi membaca dan budaya literasi masyarakat. Insya Allah, hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. Tinggal tunggu saja waktunya. Karena “man Jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, insya Allah.
Maka pesan moralnya, siapapun yang berkiprah di taman bacaan harus mau bekerja keras dalam segala keadaan. Mampu membedakan urusan pekerjaan yang profesional dan urusan taman bacaan yang sosial. Dan untuk siapapun pula, jangan pernah menganggap remeh pegiat literasi atau orang-orang yang berkiprah di taman bacaan. Pegiat literasi di manapun itu bergerak dengan hati, untuk mengabdi dan menebar manfaat kepada orang banyak.
Begitulah, enaknya pegiat literasi yang jadi konsultan. Untuk mengingatkan, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka