Gara-gara “dipinang” jadi cawapres Prabowo Subianto, kesetiaan Gibran Rakabuming Raka (putra Jokowi) terhadap PDIP sedang diuji. Sangat berpotensi, Gibran keluar dari PDIP atau PDIP yang “memecatnya”. Gibran dianggap tidak setia terhadap partai yang mengusungnya menjadi Walikota Solo. Gibran tidak setia, begitu kata para netizen.
Baru jalan tiga tahun jadi Walikota, berani-beraninya Gibran “melompat” dan meninggalkan PDIP. Ajaran siapa itu? Bapaknya atau lingkungannya? Nafsu berkuasa dan Gibran dianggap tidak setia. Salahkah Gibran? Sangat relatif. Tapi kita harus tahu, perbuatan paling gampang itu “menyalahkan orang lain” tanpa tahu sebabnya apa?
Gibran tidak setia, pasti ada sebabnya. Tidak mungkin tanpa sebab. Persis seperti orang pacaran, cowoknya tidak setia karena ceweknya bawel dan tukang ngelayap. Suami yang selingkuh pun bukan tanpa sebab. Pasti ada sebabnya, karena si istri tidak menghargainya atau gagal menjaga amanah suaminya, sekecil apapun. Jadi, kesetiaan itu bukan segalanya, apalagi dalam politik.
Karena dianggap tidak setia, kamu marah pada Gibran? Ya, silakan saja. Hanya Gibran yang tahu, kenapa dia tidak setia ke PDIP. Lah terus, kamu memangnya setia? Apa sih setia menurut kamu, coba katakan? Orang setia itu harus selalu bersama kami atau orang bersedia melakukan apa saja untuk kamu?
Sejatinya, kesetiaan pada manusia itu semu. Setia itu hanya sementara, tidak ada yang kekal. Jadi tidak usah berdebat tentang kesetiaan. Bayangan kamu saja, pada akhirnya akan meninggalkan ragamu saat tidak lagi berpijak di bumi. Setia itu hidayah, butuh petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT. Maka kesetiaan tidak akan kekal. Tapi cukup diikhtiarkan oleh siapapun.
Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun begitu. Bisa setia bisa tidak setia. Setia bila didukung komitmen dan konsistensi sepenuh hati. Tanpa komitmen, pasti tidak akan ada kesetiaan di taman bacaan. Taman bacaan yang kadang buka kadang tidak. Taman bacaan yang sepi dan “angin-anginan” karena kesetiaan di taman bacaan terganggu. Bila tidak setia di taman bacaan, kenapa berani mendirikannya? Maka komitmen setia itulah yang dijaga oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat, khususnya di daerah yang selama ini jauh dari akses bacaan.
Prinsipnya, setialah pada pengabdian dan kemanfaatan. Jadikan taman bacaan dan apapun yang dilakukan sebagai ladang amal. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada siapapun walau hanya melalui taman bacaan.
Kesetiaan di taman bacaan atau TBM adalah berani mengabdi. Setia berliterasi setia menghidupkan aktivitas TBM. Karena setia di TBM bukan sekadar omongan di ruang diskusi. Tapi harus dibuktikan dengan aksi. Seperti kata bijak, kerjakan yang baik dengan kesetiaan. Maka kita akan memperoleh kepercayaan dan keberkahan. Sebab perhiasan terindah bagi taman bacaan adalah kesetiaan untuk meramaikannya. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka