Bisa jadi ini adalah kenyataan pahit yang sering terjadi di dunia kerja. Dulu, ketika Anda masih punya jabatan atau pangkat, setiap keputusan dianggap titah. Lalu, staf dan bawahan Anda hanya diam, tunduk karena takut kehilangan pekerjaan. Bukan karena menghormati Anda sebagai atasan. Sekalipun keputusan Anda salah, mereka hanya bisa ngomong di belakang tentang Anda.
Sayangnya, Anda mengira wibawa seseorang lahir dari jabatan. Anda mengira staf akan hormat karena pangkat. Padahal, wibawa lahir dari sikap bijaksana. Rasa hormat lahir dari cara memperlakukan orang lain. Maka ketika jabatan itu hilang, barulah terlihat siapa yang benar-benar dihargai, siapa yang pantas dihormati?
Ketahuilah, para staf atau bawahan Anda sama sekali tidak lupa bagaimana Anda mempermalukan mereka di depan umum. Mereka masih ingat nada suara Anda yang membuat para staf merasa kecil. Semua perilaku itu disimpan baik-baik di kepala mereka, bukan karena benci. Tapi dengan segudang pelajaran dan hikmah untuk “jangan jadi seperti Anda, jangan begitu ..,” dalam hatinya.
Kini jabatan Anda sudah berakhir. Sebentar lagi pangkat Anda pun akan pergi. Tapi perilaku aanda kepada staf dan bawahan masih membekas. Bukan prestasi yang mereka ingat. Tapi cara Anda memperlakukan mereka saat masih punya kuasa. Mereka sangat ingat Anda karena sikap yang arogan, pikiran yang subjektif, bahkan perilaku yang sok kuasa. Saat mereka hanya bisa diam tanpa bisa menyampaikan padangannya. Jabatan dan pangkat, memang sering direkayasa hingga tidak punya makna bagi orang lain.
Sejujurnya, pemimpin sejati tidak butuh jabatan untuk dihormati. Tidak butuh pangkat untuk mendapt rasa hormat. Ia dihargai karena sikapnya, dikenang karena ketulusannya, dan dirindukan karena kebaikannya. Maka jadilah pemimpin atau atasan yang dihormati, bukan ditakuti. Pemimpin yang punya empati, yang seimbang antara hati dan logika. Sebab jabatan itu sementara, tapi cara Anda memperlakukan orang lain akan selalu diingat sepanjang masa, bahkan setelah Anda pensiun sekalipun.

Banyak pemimpin yang lupa, jabatan bukan untuk mengobral perintah. Pangkat bukan untuk unjuk kuasa. Tapi amanah untuk menjadikan organisasi lebih punya kinerja, untuk memimpin secara bijaksana. Sebab staf bekerja bukan untuk menjadi kaya tapi untuk aktualisasi diri. Dunia kerja baginya, adalah menerima takdir Tuhan untuk berkarya, dan hubungan atasan -bawahan adalah realitas.
Dan anehnya di dunia kerja, atasan maupun bawhaan gaji pun tidak seberapa. Katanya selalu habis untuk kebutuhan harian. Bahkan ketika semuanya pensiun, tidak punya tabungan tidak ada dana pensiun. Masa pensiun mereka jadi paripurna, kerja tidak seberapa hari tua pun belum tentu sejahtera. Saat kerja dan saat pensiun sama saja. Jadi, kapan orang kerja bisa hidup nyaman dan sejahtera? Itulah sebab, kenapa Anda tidak dihormati lagi setelah pensiun?
Hati-hati dan waspada akan pangkat. Ternyata, jabatan saat masih bekerja jadi rebutan, begitu pensiun sering jadi penyesalan. Salam #EdukasiDanaPensiun #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK











