Hari ini, banyak orang hidup dalam kemarahan, penyesalan, kekhawatiran dan dendam. Setiap hari stres dan gelisah, hanya sebab dirinya sendiri yang berjibaku dengan beban emosionalnya sendiri. Seperti statement “bau tanah” yang dibalas dengan “di mana otakmu”, berseteru dan bersahutan yang mungkin tidak ada habisnya. Entah, sampai kapan mempersilakan emosi menguasai dirinya?
Kita sering lupa. Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan dengan membawa beban emosional yang tidak perlu. Kemarahan, penyesalan, kekhawatiran, dan dendam sering kali hanya memperpanjang luka yang seharusnya bisa sembuh. Kita tidak bisa mengubah masa lalu atau mengendalikan segalanya. Tapi kita bisa memilih bagaimana meresponsnya, gimana menyikapi atas apa yang terjadi? Ketika kita terus-menerus memikirkan hal-hal yang menyakitkan, kita justru menolak kesempatan untuk bahagia di saat ini dan mungkin esok.
Roy Bennet, seorang politisi Zimbabwe dan penulis buku “Cahaya di Hati”, tegas menyatakan “ambillah tanggung jawab atas kebahagiaanmu sendiri, jangan pernah serahkan pada orang lain. Terimalah dirimu sendiri, cintailah dirimu sendiri, dan teruslah melangkah maju”. Artinya, siapapun sebaiknya fokus pada dirinya sendiri. Jangan fokus pada urusan orang lain atau atas sebab orang lain. Karena semuanya dapat berubah dan berbuah.
Jujur saja, banyak orang terjebak dalam perang batin yang melelahkan karena sulit keluar dari rasa marah dan benci. Hingga dikuasi dendam. Berharap bahagia tapi dirasuki pikiran dan hati yang berat. Beban emosionalnya tinggi. Lupa, bahwa bahagia itu bukan soal memiliki hidup yang sempurna, tapi soal hati yang ringan. Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi membebaskan diri dari cengkeraman emosi negatif. Tidak semua hal harus diselesaikan dengan dendam atau kemarahan. Jadang, kita hanya butuh langkah berani untuk melangkah ke depan dan melanjutkan hidup.
Hidup itu terlalu singkat, bila diisi dengan kemarahan dan dendam. Hargailah waktu yang kita miliki dan gunakan untuk apapun yang baik dan bermanfaat. Lebih baik kita memilih ketenangan daripada kekacauan, memilih bahagia daripada meratapi luka. Maka, bersikaplah lembut pada diri sendiri. Fokuslah pada hal-hal yang membuatmu tumbuh dan bahagia. Karena hidup ini terlalu singkat untuk dijalani dalam penderitaan yang kita ciptakan sendiri.
Karenanya, saya lebih memilih untuk berkiprah di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Hanya untuk menghargai diri sendiri sambil berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Sebagai cara sederhana membuang kemarahan dan dendam kepada siapapun, atas sebab apapun. Lebih baik membaca buku di taman bacaan. Jadilah literat, salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen