Marah-marah memang manusiawi, bahkan marah boleh diibilang jadi hak semua orang. Tapi bila mau marah atau marah-marah harus tahu juga dampak negatifnya. Marah itu ternyata lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Setuju nggak?
Aristoteles menyebut bahwa marah itu manusiawi. Tapi tidak semua kemarahan itu benar. Marah memang gampang tapi mengelola kemarahan itu yang sulit. Jangan marah, sebelum mengenal prinsip penting saat mau marah-marah:
1. Tahu kepada siapa kemarahan itu layak diarahkan, jangan sampai orang yang tidak punya salah dimarah-marahin.
2. Tahu seberapa besar kemarahan itu harus ditunjukkan, apa harus berlama-lama atau diumbar ke media sosial?
3. Tahu kapan waktunya untuk marah, kann nggak mungkin bangun tidur langsung marah-marah.
4. Tahu mengapa ia marah, apa alasannya?
5. Tahu bagaimana caranya marah tanpa merusak karena banyak orang marah-marah tapi merusak.
Penting diketahui, marah atau marah-marah ternyata tidak ada dampak positifnya. Tidak ada masalah yang selesai tas sebab marah-marah. Justru dampak negatif marah-marah yang paling pasti adalah 1) merusak hubungan dengan orang lain, 2) meningkatkan stres dan kecemasan, 3) mengganggu komunikasi, 4) merusak kesehatan, dan yang paling penting 5) menghambat pemecahan masalah, justru tidak ada solusi bila marah-marah..
Sederhananya, untuk apa marah-marah? Siapapun harus mampu mengelola emosi dan kemarahan. Akal harus bisa menata emosi. Karena menjadi benar bukan soal marah atau tidak. Tapi bagaimana kita menempatkan emosi dalam kendali moral dan akal sehat. Marah bisa menjadi kebaikan, kalau ia diarahkan dengan penuh kebijaksanaan. Marah tidak boleh sembarangan karena dapat memiliki dampak negatif pada diri sendiri dan orang lain. Salam literasi!