Toxic friend itu istilah untuk “teman beracun”. Teman yang banyak omong tapi nggak ada manfaatnya. Teman yang melakukan intimidasi atas nama bercanda tapi nggak ada gunanya. Toxic friend itu aneh, apa saja dianggap boleh buat dia. Tapi buat orang lain nggak boleh. Toxic friend itu lupa, memangnya dia siapa?
Di zaman begini, toxic friend ada di mana-ama. Apalagi di media sosial, di grup-grup WA. Teman beracun, bisa jadi melimpah ruah. Dia bukan siapa-siapa, bukan pula apa-apa. Tapi lagak dan bacotnya seperti orang paling benar sendiri. Selalu mencari “pembenaran” atas omongannya. Selalu berjuang keras untuk meng-intimidasi orang lain. Selalu mencari cara agar pikiran jeleknya tersalurkan. Toxic friend itu membahayakan. Kerjanya memanipulasi orang lain, gemar hoaks, meremehkan orang lain, dan masih banyak lagi. Bila ditegur, bilangnya bercanda.
Toxic friend suka lupa. Dia bukan siapa-siapa, dia juga bukan apa-apa. Bilangnya berteman tapi tindakanya “memusuhi”. Hati-hati terhadap toxic friend. Saat Anda merasa tidak nyaman berteman dengannya itulah toxic friend alias teman beracun. Maka, toxic friend pantas untuk dijauhi. Memang butuh keberanian dan sikap tegas untuk “teman beracun”. Apalagi teman yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Agar kita tidak terkena dampak negatif darinya. Sekaligus membebaskan lingkungan dari toxic friend. Bahwa tidak boleh ada “teman beracun” di dekat kita!
Bila Anda berhadapan dengan toxic friend atau teman beracun, saat Anda tidak nyaman bersamanya. Maka, setidaknya ada 5 (lima) cara menghindari toxic friend:
- Menjauh dari toxic friend saat membahas topik yang tidak ada manfaatnya.
- Berhenti bercakap-cakap dengan toxic friend.
- Abaikan apapun yang diperbuat toxic friend.
- Bersikap berani katakan ‘tidak’ pada toxic friend.
- Jangan pernah membiarkan toxic friend memengaruhi pikiran dan emosional.
Memang tidak mudah menghadapi toxic friend atau teman beracun. Apalagi bila toxic friend-nya mengaku teman dekat. Sehingga menganggap boleh melakukan apa saja. Saat kita ada di depannya saja “beracun”. Apalagi kita tidak ada, bisa jadi lebih parah. Seperti ungkapan umum yang menyebut “di depan lain di belakang lain”. Jadi, toxic friend cukup dijauhi dan hindari saja. Karena tidak ada guna juga melawannya. Toh, toxic friend bukan apa-apa, bukan siapa-siapa pula.
Di luar sana, masih banyak kok teman-teman yang baik. Orang-orang yang berkomentar dan berceloteh untuk perbuatan baik. Mau berkolaborasi dalam kemanfaatan untuk sesama. Bukan celoteh yang tidak ada gunanya. Agar semua tindak-tanduk kita bisa jadi ladang amal. Lagi pula, masih banyak agenda kebaikan yang belum digarap. Jadi untuk apa membuang waktu untuk bergaul dengan toxic friend?
Sejatinya, toxic friend itu akan melakukan apapun untuk kepentingan dirinya sendiri. Bila perlu menuntut orang lain berhenti melakukan perbuatan baik. Lalu, meladeni “racun-racun” yang diumbarnya. Sangat toxic, karena folusnya masalah dan gibah bukan solusi. Makin toxic, karena memaksakan kehendaknya agar diikuti orang lain. Toxic friend lupa ajaran“khairunnaas anfauhum linnaass“. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.
Maka jangan kasih ruang untuk “toxic friend” alias teman beracun. Jauhi dan hindari, karena teman yang toxic tidak ada manfaatnya sama sekali. Kita harus berani menghapus teman-teman beracun. Jangan kotori hari-hari dengan toxic friend. Karena mau sampai kapan bergaul dengan teman-teman yang beracun? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka