Selepas Ashar, puluhan anak dari berbagai kampung seminggu 3 kali melangkahkan kaki ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ada yang jalan kaki, ada yang naik angkot atau diantar orang tuanya. Menyisihkan waktu 1,5-2 jam untuk membaca buku. Sudah jadi rutinitas mereka. Selalu dekat dengan buku, sepulang sekolah dan di tengah kesibukan main gaya anak-anak.
Seorang Bapak pun bertanya kepada salah satu anak TBM Lentera Pustaja. “Buat apa kamu naik angkot hanya untuk baca buku?”
“Iya Pak, karena saya nggak punya HP. Nggak punya duit juga kalo ke mal. Sekolah udah, main udah, tinggal baca buku yang belum…” jawab si anak TBM.
“Memangnya kamu cita-citanya apa?” tanya si Bapak lagi.
“Cita-cita saya terserah Allah, Pak. Saya cuma ngebiasain baca aja, mumpung ada TBM” jawab si anak lagi.
Begitulah dialogo anak-anak saat menuju TBM Lentera Pustaka, ada saja yang tanya. Mungkin di zaman begini, anak-anak yang dengan niat dan sengaja melangkahkan kaki ke taman bacaan kian langka. Maka saya menyebutnya “mereka dan buku”. Tentang anak-anak yang punya habit akrab dengan buku. Atas sebab tersedianya akses bacaan di TBM, dari yang tadinya tidak ada sama sekali. Mengajak anak-anak membaca secara rutin memang nggak muda, sangat dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan praktik baik secara berulang-ulang.
Memulai perjumpaan anak-anak dengan buku. Ada yang dimulai dari buku dongeng, ada yang jatuh cinta pada buku-buku relijius. Bahkan ada yang kenal buku bacaan memang dari taman bacaan. Mau datang ke TBM dan kini sudah terbiasa membaca. Sekalipun buku cerita bergambar, komik, atau kisah petualangan tidak masalah.
Mereka dan buku. Berangkat dari tersedianya akses bacaan untuk anak-anak. Lalu terbiasa datang ke taman bacaan. Sehingga menguatkan rasa ingin tahu yang nggak pernah habis. Dengan senyum dan pikirannya yang terbuka, mereka jadi rajin baca. Hingga paham sendiri bahwa membaca memang “jendela dunia”. sering menceritakan bagaimana buku menjadi jendela dunia”. Dari buku dinosaurus, mereka jadi tahu tentang zaman purba. Dari komik sains, mereka jadi ingin mencoba eksperimen. Dan dari dari novel petualangan, mereka ingin mengenal tempat-tempat baru. Ternukti, setiap buku terasa seperti pintu menuju ke dunia lain.
Sementara anak-anak di tempat lain, bisa jadi waktunya habis untuk main. Bahkan merasa kalah bukan karena kurang pintar. Tapi karena terlalu gampang membuang waktu dan nggak terbiasa dekat dengan buku. Terjebak pada pusaran game online dan media sosial. Terlalu mudah ditarik masuk ke dalam ruang semu kehidupan. Ironisnya, mereka (anak-anak) malah merasa paling “jago” padahal nggak doyan baca buku. Enggan baca buku, justru “mangsa” paling empuk untuk terbuai gaya hidup.
Sebagian anak-anak yang dekat denga buku. Justru menjadi buku sebagai sahabat. Saat ibunya marah-marah di rumah, pergi ke taman bacaan. Saat sedih mau jajan tidak dikasih uang, melangkah ke TBM. Bukti, buku-buku masih mampu menjadi teman yang selalu ada, bahkan saat mereka merasa sendiri. Ada anak di TBM yang berkata: “Kalau aku sedih, aku buka buku cerita lucu. Kalau aku bingung, aku buka ensiklopedia. Kalau aku penasaran, aku cari jawabannya di buku.” Luar biasa!
Buku bukan hanya cita-cita. Tapi buku telah membentuk kebiasaan baik mereka. Ada yang ingin jadi penulis karena suka menulis ulang cerita yang dibacanya. Ada yangingin jadi tukang gambar, karena sering membaca buku cerita bergambar. Sah-sah saja. Maka buku di taman bacaan adalah penuntun arah masa depan mereka. Mereka dan buku adalah soal kebiasaan. Kebiasaan yang menular kepada anak-anak lainnya. Mereka dan buku di taman bacaan, hanya potret lingkaran literasi kecil yang bisa menyebar ke anak-anak lain, bahkan ke tempat lain.
Mereka dan buku. Sering kali ditandai oleh rasa penasaran, kedekatan emosional dengan buku, serta bagaimana buku memengaruhi impian mereka. Dari buku, mereka belajar. Orang lain tidak akan menghormati kita karena pandai bicara. Tapi karena suka membaca buku, lebih banyak diam dan konsisten mengerjakan yang baik. Mau dilihat atau tidak dilihat orang. Sebab, rasa hormat itu tenang. Yang berisik bisanya tidak soyan baca buku. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen