Dari kecil, kita diajarkan untuk bangga akan Indonesia. Selain negara kepulauan besar, Indonesia dikenal punya kekayaan alam yang luar biasa. Negara yang dianggap punya tata krama dan ramah tamah walau netizen-nya pun serem-serem bila sudah berceloteh. Berkata Bhineka Tunggal Ika pula, Indonesia ini dipersatukan melalui budaya dan nasionalisme. Bangga jadi orang Indonesia.
Tapi seiring perkembangan zaman dan era digital, mungkin salah satu kebanggaan kita ada yang hilang. Karena bangsa Indonesia boleh jadi kian susah mencari dan melihat pemandangan anak-anak yang membaca buku. Anak-anak yang “termakan” zaman lebih senang pecicilan mamakai motor sekalipun belum waktunya. Lebih gemar main gawai untuk media sosial, bukan belajar. Bahkan tidak sedikit anak-anak yang lebih gemar nongkrong dan bergaya hidup walau modal dirinya sendiri. Kita lalu bertanya, di mana kebanggaan akan anak-anak Indonesia? Apalagi dalam hal membaca buku. Hingga dituding lembaga Internasional punya “minat baca” rendah.
Membangun kebanggaan itu nggak usah mahal apalagi istimewa. Cukup dengan mengajak dan menyediakan tempat membaca, seperti taman bacaan. Bangga banget bila masih ada anak-anak yang mau baca. Anak-anak yang membaca buku harus bangga. Bahwa mereka sudah melakukan sesuatu yang luar biasa di era digital. Tetap mau baca walau katanya semua serba digital.
Bangga, anak-anak ada di taman bacaan. seperti yang terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hari ini Minggu (24/9/2023) sekalipun aktivitas TBM dimulai pukul 10.00 WIB. Tapi mereka sudah datang dari pukul 08.30 WIB. Membaca buku sambil menunggu aktivitas TBM dimulai, kebetulan hari ini “event bulanan”. Banggalah jadi anak-anak yang masih mau membaca buku. Banggalah bisa menyediakan tempat membaca secara konkret. Taman bacaan dan literasi yang nggak sebatas diskusi atau seminar.
Di TBM Lentera Pustaka, saya selalu ajarkan anak-anak. Untuk bangga pada diri sendiri karena mau membaca. Mungkin buat orang lain, membaca buku itu hal kecil. Tapi buat anak-anak TBM harus dibanggakan. Mereka belajar atur waktu dan mengisi dengan aktivitas yang positif. Maka jangan malu melangkahkan kaki ke TBM, bangga dan syukur masih ada tempat membaca sekalipun di luar sana banyak anak yang sibuk main, ke mal, atau hanya wara-wiri nggak jelas.
Bangga itu nggak harus prestasi, apalagi pangkat jabatan dan harta. Cukup bangga bahwa hari ini, kita masih bisa melihat anak-anak yangembaca buku. Entah 10 tahun yang akan datang? Masih adakah orang-orang yang mau bergelut di taman bacaan?
Yuk, banggakan anak-anak yang membaca buku. Karena baca buku itu cara sederhana memanjakan diri sendiri. Kalau bukan kita, terus siapa lagi yang mau banggakan anak-anak yang membaca. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka