Literasi Idola, Kepada Siapa TBM Ngefans Berat?

Ngefans itu berarti mengidolai seseorang. Entah itu artis, atlet, tokoh agama atau orang ngetop. Seperti kawan saya, ngefans banget sama Ayu Tingting. Ada pula yang ngefans sama grup Coldplay. Ada yang ngefans sama Desta arau Enzy Storia. Kalau saya sih ngefans sama Putri Ariani, anak disabilitas yang luar biasa berprestasi. Saking ngefans-nya, tidak sedikit orang menjadikan idolanya sebagai contoh. Meniru dan mencontoh apa yang dilakukan sang idola. Yah, boleh-boleh saja tapi …..

 

Jadi begini. Sebaiknya sih jangan terlalu berlebihan ngefans sama seseorang. Karena siapapun idola kita, ya mereka tetap manusia biasa juga. Pastilah mereka pun punya salah dan dosa juga. Nggak ada kok manusia yang sempurna. Apalagi sempurna itu hanya sebatas pikiran dan keinginan kita doang, sama sekali nggak ada. Mustahil. Maka, “jangan berlebihan ngefans atau benci pada seseorang”. Biasa-biasa saja. Siapapun, cintai kebaikannya dan bencilah keburukannya.

 

Ngefans berat ya. Idola banget. Hati-hati, nanti kecewa. Suatu kali, pernah ada orang yang selalu muji-muji idolanya secara berlebihan. Ehh, begitu sang idola berbuat salah akhirnya berubah jadi kebencian yang mendalam. Ada pula orang yang benci banget pada seseorang, ehh tahu-tahunya apa yang dipakainya itu pemberian orang yang dibencinya. Jadi nggak usah ngefans banget, rileks saja. Hidup itu pasang-surut, dan silih berganti. Persis, seperti malam yang gelap pun akan berganti pagi yang terang.

 

Jadi, nggak usah ngefans terlalu berat. Nggak usah pula benci terlalu berlebihan. Karena siapapun memang tidak mungkin menyenangkan semua orang. Kalau mau disenangi banyak orang, jadi tukang penjual eksrim saja. Pasti banyak yang senang dan memuji, karena enaknya bukan main. Namanya juga penjual eksrim, sekali menjilat langsung meleleh hehe.

 

Kita dan siapapun, pasti tidak bisa menjadi seperti yang orang lain inginkan. Kita itu hanya bisa menjadi seperti yang kita inginkan. Jadi diri sendiri saja. Asal niat, ikhtiar, dan doanya yang baik-baik. Omongan dan perbuatan baik itu nggak ada ruginya. Karena tiap kebaikan itu pasti akan menemui jalannya sendiri. Perbuatan baik itu akan bertemu dengan orang-orang baik. Sehebat apapun orang buruk berjuang, tidak akan pernah mengalahkan kebaikan hakiki. Catat dan renungkanlah!

 

Saat sudah bertindak baik, tidak apa ada yang membenci. Nggak masalah ada yang memusuhi. Tidak apa pula ada yang memfitnah. Memang begitu, sejarah kebatilan. Allah SWT saja difitnah punya anak, Nabi Muhammad SAW pun difitnah sebagai orang gila. Apalagi kita yang manusia biasa? Maka, jangan dengerkan yang nggak perlu didengar. Jangan lihat yang nggak perlu dilihat. Biarkan saja komentar dan suara-suara miring yang iri dan benci dengan kebaikan hidup kita. Toh, orang-orang itu tidak memberi manfaat sedikitpun. Membantu saja tidak, apalagi kasih makan? Iya nggak?

 

Ngefans pada siapapun biasa saja. Punya idola pun tidak usah berlebihan. Agar tidak kecewa.  Selagi masih di dunia apa saja bisa terjadi. Orang diam saja digibahi. Orang berbuat baik saja dibenci. Bahkan ada orang yang pernah dibantu mati-matian, ehh ujungnya difitnah. Begitulah drama kehidupan. Maka, jangan bergantung kepada manusia. Karena tiap manusia punya masalah dan motifnya sendiri. Cukup andalkan diri sendiri dan Allah SWT saja, di mana pun dan kapanpun. 

 

Tidak usah punya idola tidak apa-apa kok. Asal tetap berbuat baik dan menebarkan manfaat kepada orang lain. Sebisa dan semampu kita untuk bertindak yang lebih baik. Biarkan orang lain mencibir atau membenci. Karena segala yang jelek memang tugas mereka, bukan tugas kita.Tetaplah jadi pelangi di “awan mendung” orang lain. Seperti di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ngefans berat pada Allah SWT. Idolanya hanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan aktivitas membaca dan budaya literasi kepada masayarakat. Asal sepenuh hati berada di taman bacaan untuk menebar kebaikan dan kemanfaatan untuk umat.

 

kjadi, ngefans atau idola itu cukup Allah SWT. Hanya kepada-Nya, kita berharap dan bergantung. Karena apa yang ditentukan-Nya pasti baik untuk kita. Jalani semua dengan sabar dan syukur. Sambil merenungkan, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang akan kamu dustakan? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *