Literasi Kabut di TBM, Sangkan Paraning Dumadi

Pagi ini, saya mendapati TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor diselimuti kabut. Kabut yang berserak dan menutup pandangan mata. Kabut yang mengaburkan. Saat menatap kabut, sungguh terasa banget diri ini begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya di dunia ini. Apalagi di hadapan-Nya. Jadi, apa yang mau disombongkan?

 

Belajar dari kabut. Ternyata, tidak ada satu pun yang bertahan selamanya di dunia ini. Pangkat, jabatan, dan harta bisa lenyap. Semua bisa berubah dalam sekejap. Bahkan sirna dan menghilang tertutup kabut. Seperti puncak Gunung Salak pun lenyap, akibat kabut. Sebentar gelap, sebentar terang. Sebentar terlihat, sebentar lagi tidak terlihat. Sama sekali tidak ada yang abadi. Maka jelas, kabut memberi pesan “tidak ada yang bertahan selain perubahan.” Maka berubahlah!

 

Tidak sedikit orang, mati-matian mengejar uang mengejar materi. Korupsi, menipu, bahkan merampas hak orang lain. Bahkan berani menghilangkan nyawa hanya demi uang. Edan dan mengerikan. Perbuatan dan pikiran buruk dianggap biasa. Hingga lupa berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain walau hanya menyediakan tempat baca. Lupa mendidikan anak dan diri sendiri, memperbaiki akhlak hingga memilih lingkungan yang baik. Mencari kawan yang optimis daripada pesimis. Maka sekali lagi, dari kabut kita maki belajar. Tidak ada yang abadi dan tidak ada guna yang diraih tanpa ada manfaatnya. Semuanya hanya semu dan berujung pada kesia-siaan.

 

Terkadang, kabut mengajarkan kita untuk menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup. Yaitu “sangkan paraning dumadi”. Ajaran Jawa yang mengingatkan tentang dari mana kita berasal dan mau ke mana kita akan kembali? Agar kita makin kenal diri kita sendiri. Untuk berubah menjadi lebih baik. Bukan berjuang untuk meraih materi sebanyak apa pun. Tapi sadar, dari mana dan hendak ke mana kita akhirnya? Karean hanya dari Allah dan kepada-Nya kita pasti kembali. Di luar itu, semua semu dan tidak abadi.

 

Mungkin, kabut bisa jadi tidak menyenangkan atau bikin malas keluar rumah. Tapi kabut selalu mengajari. Bahwa tidak satu pun di dunia yang abadi, semua bisa berubah bisa bergeser. Menjadi gelap atau terang, tergantung apa yang mau diperbuat. Maka berbuatlah mumpung masih ada waktu. Jangan pernah menunggu kabut membubarkan diri!. Lakukan yang baik dan bermanfaat, di mana pun. Masuki kabut sepekat apapun.

 

Dan terkadang, kita membutuhkan kabut untuk mengingatkan diri sendiri. Bahwa apa yang tampak tidak selalu hitam dan putih. Ada yang abu-abu dan tidak jelas. Kabut, bikin kita lebih hati-hati. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KopiLentera

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *