Literasi Kehilangan, Apa Maksudnya?

Pasti semua orang pernah kehilangan ya. Kehilangan dompet di jalan, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang tua, bahkan kehilangan harta-benda sekalipun. Sedih wajar tapi tidak usah berlarut-larut. Segeralah bangkit dan temukan kembali yang pernah hilang. Tidak apa-apa hilang, Yoh nanti akan ada gantinya.

 

Begitu pula dalam pergaulan. Kita bisa saja kehilangan teman yang selama ini dekat dengan kita. Kehilangan kawan ngobrol, bahkan kehilangan rekan yang sering memuji kita, atau pernah kawan yang pernah kita banggakan. Sekali lagi, tidak apa-apa. Kehilangan itu sebuah kodrat.

 

Apapun yang hilang, tidak apa sahabat. Sikapi dengan bijak dan realistis. Bahwa hilang itu bisa terjadi kapan saja dan soal apa saja. Asal jangan kehilangan jati diri dan semangat untuk menjadi lebih baik. Karena bumi masih berputar, matahari pagi pun masih terbit. Selama air masih mengalir, dan cinta-Nya tidak pernah berkurang pada diri kita, tidak apa-apa kehilangan apapun selagi di dunia. Asal jangan kehilangan Allah SWT, jangan sampai kehilangan Tuhan.

 

Coba renungkan, kapan kita akan menengok k atas. Pasti ketika menengok kanan dan kiri, melihat ke depan dan belakang ternyata tertutup tembok semua. Tidak ada pilihan selain menengok ke atas. Dan di atas itulah kita bisa berdialog dengan Allah, bertutur dengan-Nya.

 

Saat kehilangan, justru Allah ingin membuat kita melihat sejenak ke atas. Untuk menyebut dan menegaskan “masih ada Allah” sang pemilik langit dan bumi beserta isinya. Jadi kehilangan apapun soal dunia tidak masalah. Tapi saat menengok ke atas, maka Allah mengingatkan bahwa kita itu istimewa di mata-Nya. Kita dipilih-Nya, kita begitu disayang-Nya. Sehingga masih tetap sehat dan masih mampu dekat dengan-Nya. Sekaligus mengingatkan, mungkin selama ini melalaikan-Nya. Kita terlalu angkuh dan arogan hingga menutup mata akan semua cinta-Nya. Terlalu menggunakan nafsu dan logika yang tidak sepenuhnya benar untuk berjalan.

 

Apapun yang hilang dari kita itu hanya sementara. Dan Allah pasti akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Memang begitu hukum alamnya. Maka tetaplah ikhtiar yang baik, sabar dan bersyukur di segala keadaan. Ingat, the show must go on. Jadi, hadapi dan jalani saja apa adanya sambil tetap berharap hanya kepada-Nya, bukan kepada manusia lainnya.

 

Hilang dan hilang, tidak apa-apa. Tidak dihargai tidak apa, tidak dipedulikan tidak apa juga. Lalu semuanya habis, pergi, dan menjauh. Sungguh tidak apa-apa. Karena saat itu terjadi, justru kita akan segera menemukan yang pas untuk kita.

 

Tenang saja saat kehilangan. Karena di sanalah kita akan menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Lalu menemukan Ilahi Rabbi sang penguasa alam. Sehingga sirna semua gelap yang pernah ada.

 

Begitulah literasi kehilangan. Seperti kata Rumi, “Aku kehilangan segalanya. Namun aku menemukan diriku…”. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KopiLentera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *