Literasi Orang-orang Lelah

Saat sedang ngopi, kawan saya menghela nafas panjang. Lalu, secara spontan berteriak kecil “duh, gue lelah banget”. Saya pun terkaget sejenak, lalu bertanya, “kenapa lo?”. Di menjawab, gue lelah. Lelah banget.

Lelah,mungkin itulah kata yang sering terucap dari bibir banyak orang. Saat ia capek bekerja, capek apapunlah. Lelah karena keadaan. Tanpa disadari, lelah akibat waktunya habis untuk urusan dunia. Orang-orang lelah sering menghela nafas panjang sembari menutup mata, yang diikuti bergumam secara spontan. Apakah kita sedang lelah?

Kenapa lelah? Bisa jadi karena terobsesi untuk mengejar mimpi dunia, sambil bertekad untuk mengalahkan orang lain. Lelah karena ingin menang dari yang lain, lelah mengintip laju orang lain. Tanpa mau ikhtiar, bekerja keras sambil berbuat baik ke orang lain. Lelah psikologis, bukan hanya fisik. Lelah yang membuat hati dan pikiran tertekan.

Tentu makin lelah hidup ini. Akibat harapan berbeda dengan kenyataan. Gagal menerima realitas dan tidak mau memperbaiki diri. Akhirnya hari-hari, harapan hanya bertemu dengan kekecewaan. Impian hanya bertemu dengan kegagalan. Lalu esok dan esok, berharap lagi, lagi, dan lagi. Terus berulang hingga lelah lagi.

Orang lelah, kakinya letih melangkah. Hatinya lemah hingga gampang gelisah. Pikirannya pun terlalu resah. Semakin gagal menemukan setitik cahaya di balik masalah. Merasa berjuang sendiri lalu berkeluh-kesah ke banyak orang. Bukannya makin sehat dan cerah justru makin lelah. Kasihan orang-orang lelah.

Tiba-tiba pula, orang lelah bernafsu bikin puisi. Bikin true story tentang dirinya. Hingga membuat catatan lelah. Entah untuk apa? Mengenang masa-masa lelah atau senang bermukim dalam lelah. Sampai-sampai merasa penting untuk dikenang. Orang lelah, bait-bait puisinya pasti sedih, letih dan gelisah. Hingga di bait akhir membiarkan dirinya untuk hanyut ke lautan. Agar rasa lelah dan sedih hilang bersama gelombang. Mimpinya makin lelah.

Orang lelah, mungkin tidak depresi. Tidak pula stres. Karena raganya sehat. Fisiknya normal, berjalannya sama. Tetap mampu makan, minum kopi, dan berbicara. Tapi psikologisnya bermasalah. Terkadang, orang lelah hanya ingin orang lain tahu. Bahwa ia sedang lelah.

Sejujurnya, lelah itu hanya sebuah kata untuk orang-orang yang lemah. Mulai pasrah dan menyerah dengan keadaan. Merasa jalan hidupnya semakin tanpa arah. Ditambah gampang marah, mudah membenci bahkan memusuhi orang yang tidak patut dimusuhi. Bertahun-tahun hidup dalam benci dan lelah. Tapi doanya berharap berkah, apa bisa?

Orang lelah lupa. Dunia itu memang tempatnya ujian dan cobaan. Tidak ada kebahagiaan yang abadi di sini. Selama masih menapakkan kaki di bumi, suka duka pasti datang silih berganti. Maka obat lelah hanya satu, mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi. Lelah akan pergi bila percaya, semua yang terjadi sudah kehendak Ilahi.

Maka pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, punya cara mengusir lelah. Yaitu selalu mengabdi dan berkiprah secara sosial di taman bacaan. Membimbing baca buku, mengajar kaum buta huruf, hingga menjalankan motor baca keliling. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat ke orang lain. Memang lelah secara fisik, tapi berkah secara psikologis. Sehat lahir batin, cerah jasmani dan rohani.

Ahh ternyata, dari lelah siapapun bisa belajar. Untuk selalu menerima realitas sambil mengendalikan diri dalam kondisi apapun. Bahkan tidak usah peduli pada penilaian orang lain. Karena hakikatnya, semua orang pasti lelah, tinggal gimana cara menyikapinya?

Maka di kala lelah, tetaplah melangitkan doa dan membumikan ikhtiar untuk-Nya. Tetap sabar dan syukur di kala apapun. Jadilah literat #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *