Salah satu novel yang jalan ceritanya tidak terduga adalah “The Chemist, Sang Ahli Kimia” karya Stephenie Meyer (2018). Novel itu menarik, karena mengajarkan seseorang untuk mampu menyembunyikan dirinya sambil tetap menjalankan kehidupan normal. Saat sedang jatuh cinta pun mampu menyimpan ketegangan dan konflik. Tujuannya, agar dapat menyelamatkan dirinya. Yang penting selamat.
The Chemist, Sang Ahli Kimia menyajikan tokoh yang sibuk ke sana ke mari. Bahkan sering bergonta-ganti nama. Namun ketika seseorang menawarkan kesempatan alias peluang, maka dia akan akhir semuanya. Sebuah jalan keluar yang kontroversial namun dipilih untuk keselamatn dirinya. Sebagai bagian jiwa spartan untuk menghadapi pertarungan terhebat dalam hidupnya. Bakat unik sebagai ahli kimia, menempuh cara yang tidak pernah dibayangkan banyak orang.
Begitulah politik yang susah ditebak. Jelang pengumuman paslon pilpres 2024, Anies dan Cak Imin jadi bukti politik yang spekulatif. Sulit ditebak, susah diduga sekalipun kontroversial. Keputusan Anies dan Nasdem menggandeng Cak Imin di PKB jadi bukti politik susah ditebah. Partai Demokrat marah besar akibat ditelikung dan merasa dikhianati hingga keluar dari Koalisasi Perubahan yang dulunya diagul-agulkan. PKB yang sejak awal bergandengan tangan dengan Gerindra pun, tiba-tiba lari kebirit-birit keluar dari koalisi Indonesia Raya (sekarang Indonesia Maju) yang mencalonkan Prabowo Subianto. Akan seperti apa dan bagaimana, biarlah para politisi yang piawai itu yang bermain?
Pesan pentingnya adalah rakyat di bawah “jangan mati-matian” hanya untuk urusan politik. Karena gerak zig zag politisi memang susah ditebak. Nggak usah bela si A, agul-agukan si B toh mereka isu pentingnya hanya satu, “cari jalan meraih kekuasaan”. Jangan berharap ada etika dan adab, intelektual pun bisa jadi diabaikan. Karena yang tersisa hanya “nafsu berkuasa”. Begitulah politik yang susah ditebak.
Novel The Chemist, Sang Ahli Kimia sudah menyiratkan langkah politisi di Indonesia. Politisi yang mampu menyembunyikan dirinya sambil tetap menjalankan kehidupan normal namun mengundang konflik. Terus rakyat pendukung sibuk membenci, menghujat dan sebagainya untuk apa? Sama sekali tidak ada gunanya, polarisasi itu nggak ada manfaatnya. Karena dalam politik semuanya itu susah ditebak. Jadi rileks saja dan hadapi saja pesta demokrasi dengan biasa-biasa saja. Tunggu saja waktunya nanti dan pilih yang disuka. Sudah begitu saja.
Jadi, nggak usah berisik urusan politik. Santai saja, karena semuanya hanya berjuang untuk kekuasaan bukan untuk rakyat. Politisi itu langkahnya zig zag, sulit ditebak dan kontroversial. Biarlah mereka politisi “bermain” di arenanya. Rakyat tidak usah pusing dengan urusan mereka. Rakyat cukup tetap bekerja dan berkarya saja. Karena saat rakyat lapar, toh tidak dikasih makan oleh politisi. Untuk apa mati-matian cuma urusan politik. Salam literasi!