Jangan lupa sujud. Kadang, kita bicara ketinggian. Apa-apa maunya tinggi. Cita-cita, pendidikan bahkan harta inginnya tinggi. Tapi lupa dan lalai untuk bersujud. Untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT, sang pencipta. Sang penguasa langit dan bumi.
Literasi sujud. Itu bukan hanya kewajiban. Tapi ungkapan kepatuhan seorang hamba kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT. Di kala sujud, siapapun merasakan ketulusan, mencerahkan pikiran, dan melembutkan rasa dalam hati. Agar tidak terlalu cinta dunia. Tapi mencintai sang pencipta dan tempat kembali yang abadi.
Dunia itu sering kali melalaikan urusan sujud. Padahal sujud itulah yang memudahkan urusan dunia bahkan akhirat. Karena sujud adalah pengabdian yang tidak akan pernah berakhir. Hingga nafas terakhir sekalipun. Sebagai tanda penyerahan diri kepada-Nya.
Allah SWT berfirman, “Hanya kepada Allah lah sujud (patuh) segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, baik atas kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan bersujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (Q.S Ar-Ra’d: 15).
Literasi sujud. Jangan pernah berharap disenangkan Allah SWT. Tanpa mau menyenangkan-Nya. Sedekah baik, silaturahim baik, bersosial pun baik. Tapi hanya sujud yang melanggengkan dan memberkahi kebaikan itu sepanjang masa. Bila berani berkata-kata tinggi, maka kenapa tidak berani bersujud. Bila berani tinggi maka harus berani pula merendah. Agar seimbang.
Literasi sujud. Karena siapapun saat bersujud. Dia sedang berbisik ke bumi tapi terdengar hingga ke langit. Salam literasi.